S.E HENDRAWAN POV III

2.4K 84 14
                                    

Aneh bagiku rasanya tidur di rumah ini sendirian tanpa istriku. Rasanya seperti ada yang kurang. Sebenarnya aku malas untuk pergi bekerja hari ini. Setelah semalam pesan dan telpon ku sama sekali tidak dibalas oleh istriku. Tapi bagaimana lagi aku sudah komitment untuk mengejar perusahaan kecil itu untuk bergabung menjadi bagian perusahaankum dan aku berniat memberikan perusahaan itu untuk istriku sebagai kado ulang tahunnya. Mau tidak mau aku harus berjuang sedikit lagi. Walau terasa berat tanpa doa dari istriku. Tanpa perhatian dari istriku beberapa hari ke depan. Tapi harus aku jalani.

Heri sudah merancang sebuah rencana bagiku. Dia menyuruhku untuk tidak menghubungi awan beberapa hari kedepan sampai pekerjaan ku selesai. Baru keesokan harinya kami berangkat ke rumah orang tua awan sambil nanti memberikan surprise untuknya.

Dalam hatiku sebenarnya bimbang untuk saat ini. Ya walau dulu aku sering bilang ingin kerumah orang tua awan dan melamarnya di depan orang tua awan. Tapi kali ini aku malah yang pesimis. Apakah mungkin orang tua awan mengijinkan hal seperti ini. Rela anak laki lakinya menjadi istriku. Semua ketakutanku bercampuk aduk semua dalam pikiranku.

Aku selalu mempertimbangkan semua kata kata yang ingin aku ucapkan nanti kepada orang tua awan. Jujur baru kali ini aku mempunyai adrenalin rasa bimbang takut senang sedih berdebar bercampur jadi satu.

Dulu aku menikah dengan mama nya andree tidak setegang dan se nerves seperti ini. Padahal dulu pernahakan ku lumayan besar dan disaksikan banyak orang. Tapi bagiku semua biasa saja.

Apa kata orang tua awan nanti. Laki laki setua diriku melamar anak nya yang masih belia. Usia kami mungkin terpaut jauh setengahnya lebih.

Aku memang tidak menghubungi awan namun aku selalu mencari celah untuk menghubungi orang tuanya. Hari hari aku lewati sendiri sampai aku seperti orang stress aku selalu mencium dan membawa tidur baju awan sambil aku peluk.

Sampai akhirnya semua pekerjaanku selesai dan perusahaan itu sudah resmi menjadi milik ku dan atas nama istriku. Memang benar beberapa kali heri menelpon awan. Aku tahu dia seolah ada masalah dan meminta awan menandatangani berkas. Padahal itu sebuah bukti kepemilikan saham di perusahaan baruku sebagai kado ulang tahun untuk istriku.

Heri melakukan itu bukan karna alasan sebab selama ini jika awan ditanya soal hal begituan di berikan hal begitu pasti dia menolak mentah mentah makanya kali ini sedikit di kecoh. Apalagi awan tipe orang yang mengabaikan kontrak dan percaya dengan heri.

Sebenarnya untuk urusan pekerjaan awan lebih cocok dan lebih gampang menyampaikan pendapatnya atau berdebat dengan heri dibanding denganku. Munkin saja sifat mereka sama makanya cocok. Kalau denganku yang ada perdebatan akan terus terjadi sampai kami tidur dan ujungnya marahan dan aku harus mengalah.

"Cemburu ?" Jelas pasti ada di dalam diriku. Tapi aku percaya mereka tidak akan menusuk dari belakang. Pernah ada moment makan sianh bertiga aku hanya jadi pendengar setia mereka. Mereka yang debat soal pekerjaan.

"Tunggu papa besuk ma. Papa sudah bener bener kangen sama mama. Papa ingin hubungan yang lebih serius dengan mama. Besuk papa akan datang dan memberikan kejutan untuk mama" ucapku dalam hati.

Malam ini aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku selalu kepikiran bagaimana reaksi awan nanti. Bagaimana reaksi orang tua awan. Aku juga sudah memberi tahu orang tua awan bahwa besuk aku dan heri akan datang berkunjung kesana.

Sampai pagi tiba aku hanya tidur 2 jam saja. Aku juga bingung dengan diriku sendiri kenapa dengan awan aku bisa jadi seperti ini.

Aku sudah mandi dan menyiapkan diriku serapi mungkin . Aku ingin melihat awan tersenyum ketika melihatku untuk yang pertama kali setelah seminggu ini.

REUPLOADER PAPAMU LELAKIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang