Budayakan voment♡
Terima kasih♡
Seusai ijab kabul, seorang laki-laki dan perempuan yang saat itu sudah sah menjadi sepasang suami istri mulai bisa bernapas lega, setidaknya Jovan benar-benar bertanggung jawab akan kehamilannya.
Kanaya masih setia mengompres luka lebam di tulang pipi suaminya—Jovan.
"Pelan-pelan, Nay. Sakit." Keluhnya ketika air es dingin itu menyentuh permukaan kulit lebamnya. Mengingat kejadian di mana Hendery memberinya bogeman mentah, apalagi saat itu Hendery tengah memakai cincin batu akik yang secara otomatis memberi tinjuan cukup menyakitkan.
"Diem!"
Gadis itu tetap tak mempedulikan ringisan Jovan, meski berkali-kali tangannya dicekal akibat kesengajaannya menekan luka Jovan. Kali ini Jovan hanya diam, menyenderkan punggungnya di kepala ranjang setelah mendapat tatapan melotot dari Kanaya.
"Nay."
"Hmm?"
"Gimana?"
"Apanya?"
"Sekarang kamu udah sah jadi istri saya."
"Ya terus?"
Jovan menghempaskan napas pelan, bersamaan dengan Kanaya yang menyimpan saputangan ke dalam baskom kecil. Kanaya benar-benar sangat menggemaskan baginya.
"Naya sayang."
"Ih geli! Gak usah manggil sayang segala!"
Laki-laki itu terkekeh, menatap wajah Kanaya yang sudah mengerucutkan bibir. Dengan sekali gerakan, Jovan menarik pinggang ramping Kanaya, mengikis jarak di antara keduanya.
"Istriku emang cantik." Pujinya, sontak pipi Kanaya berubah merah mendengar ucapan Jovan.
Melihat respon Kanaya yang hanya terdiam menatapnya, laki-laki itu meneguk saliva tatkala melihat bibir merah muda milik Kanaya. Ia semakin menarik tengkuk leher Kanaya, menempelkan bibirnya di sana.
Tak kunjung ada balasan dari Kanaya, Jovan beralih beranjak, membawa Kanaya berbaring di tengah-tengah ranjang. Laki-laki itu mengambil posisi di atas Kanaya, menindih gadis yang sama sekali tak memprotes dengan tindakannya.
"Kanaya ... Sa— aku sayang kamu."
Kanaya masih menatap lamat bola mata suaminya. Sentuhan lembut di kulit pipinya berhasil membuat gadis itu merasa tenang. Entah, ia sendiri bingung dengan perasaan ini, Kanaya baru merasakan rasa ini.
Ia mengangguk sebagai jawaban atas ucapan Jovan. Kembali dengan seulas senyuman Jovan patrikan, laki-laki itu mencium istrinya lagi dengan penuh rasa cinta.
Kanaya mencoba mengimbangi ciuman Jovan, mengabsen setiap sudut rongga mulut sampai tak tersisa. Tangan gadis itu bekerja, membuka kancing kemeja yang masih melekat di tubuh suaminya. Hingga tampaklah tubuh kekar Jovan, ia kembali mengusap punggung, pundak, sampai dada laki-laki itu.
Tak ingin menggila sendiri akibat sentuhan Kanaya di dadanya, Jovan mulai beraksi, tangannya menerobos masuk ke dalam baju piyama biru muda Kanaya, ia memberi usapan lembut di punggung gadis itu, sampai Kanaya melenguh panjang dan mengalungkan tangannya di leher Jovan.
Tok ... tok
Cklek
"Kanaya sayang, Bunda bikinin kamu su— Astaga! Maaf, B—bunda gak liat kok."
Keduanya terkesiap, berpencar ke arah asal dengan gestur kaku. Astaga, kenapa mereka lupa mengunci pintu kamar. Demi Tuhan, Kanaya pasti akan sangat malu karena kepergok sang Bunda. Di tengah-tengah kepanikan, gadis itu beralih membawa baskom yang sudah ia pakai untuk disimpan kembali ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DOSEN
Non-Fiction"Bingung mau manggil Bapak atau sayang." "Kanaya, pegang ucapan saya. Saya akan bertanggung jawab atas bayi ini." Berkisah tentang gadis SMA-Kanaya-yang hamil akibat "insiden" tak terduga bersama pria berumur 30 tahun bernama Jovan, seorang guru Dos...