"Gimana, Nay, kamu betah di kampus yang sekarang?" tanya Nina.
Saat ini, keluarga itu tengah berbincang ringan seraya sarapan pagi setelah beberapa Minggu kepulangan Kanaya ke tanah air. Suasana masih terasa sama, hangat seperti dulu, tidak ada yang berubah.
"Naya suka kok. Naya bisa kumpul lagi sama temen-temen, sekarang Naya juga bisa ketemu setiap hari sama Ayah Bunda. Pokoknya Naya seneng banget!" Sahut gadis itu semangat.
Hendery nampak masih mengulum bibir, pria itu masih terlihat sedikit pucat karena ia baru saja pulang dari rumah sakit beberapa hari lalu. Ia menoleh memperhatikan kegiatan Kanaya yang memakan nasi goreng begitu lahap.
"Kanaya ... Apa kamu tidak terpaksa karena Ayah yang menyuruh kamu untuk pulang dan pindah berkuliah di Indonesia?" Ujarnya.
"Ih, Ayah bilang apa sih? Naya sama sekali gak keberatan kok pulang ke Indonesia. Lagian di sini Universitasnya juga bagus-bagus, 'kan? Jadi Ayah gak perlu khawatir," kata Kanaya, menjeda ucapannya. "Terus Kanaya juga bisa ikut rawat Ayah di sini. Naya gak mau Ayah sakit lagi. Naya selalu kepikiran Ayah tau waktu masih di London."
Hendery sedikit tertawa ringan. "Padahal Ayah gapapa, sayang. Kamu tidak usah khawatir berlebihan."
"Gapapa gimana? Ayah sampe masuk rumah sakit, kok dibilang gapapa. Ayah ini terlalu kecapean, harusnya Ayah banyak istirahat," ucap Kanaya, seolah menasehati.
"Baik tuan putri."
Kanaya hanya mengacungkan jempol ke arah Ayahnya, sembari melahap nasi goreng buatan Bunda yang begitu ia rindukan dengan mulut yang cukup penuh.
"Pelan-pelan, sayang. Kamu kaya anak yang gak dikasih makan seminggu aja," ujar Nina.
Ia tidak menghiraukan ucapan sang Bunda. Hingga suara klakson mobil terdengar oleh indera pendengarannya.
Tin!
Tin!
Tin!
Kanaya segera meneguk segelas air putih, dia mengambil tas miliknya secepat kilat, lalu berpamitan.
"Naya berangkat dulu, Gabby udah nunggu di depan," ujarnya, mencium punggung tangan sang Ayah dan sang Bunda bergantian.
"Hati-hati sayang."
•
•
•Di dalam kelas yang cukup riuh, Gabby terdiam seribu bahasa. Tampak ada sesuatu yang sepertinya ingin ia sampaikan.
"Nay?" Panggilnya, pada seorang gadis yang duduk disampingnya tengah mengeluarkan beberapa buku dalam isi tas.
"Kenapa?"
"Hmm, lo tau kan hari ini ada dosen pengganti Pak Wicak?" tanya gadis itu hati-hati.
"Iya gue tau. Lo sendiri kan yang bilang Minggu lalu sama gue," kata Kanaya, menoleh sekilas.
Gabby kembali menggigit bibir bawahnya. "Tapi lo udah tau belum dosennya siapa?"
Kanaya menggelengkan kepala pelan. "Belum. Emang siapa?"
"Lo gak baca pesan gue tadi malem?"
Gadis itu kembali menggelengkan kepala.
"Udah dateng tuh."
"Dosennya udah dateng. Diem, jangan berisik."
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DOSEN
Non-Fiction"Bingung mau manggil Bapak atau sayang." "Kanaya, pegang ucapan saya. Saya akan bertanggung jawab atas bayi ini." Berkisah tentang gadis SMA-Kanaya-yang hamil akibat "insiden" tak terduga bersama pria berumur 30 tahun bernama Jovan, seorang guru Dos...