■■■■
"Nyatanya, hati ini masih utuh, meski ragaku pergi menjauh."
■■■■
4 Tahun kemudian
"Iya, Bun. Naya ngerti, ini Naya baru sampe."
"Kamu hati-hati. Maaf, Bunda gak bisa jemput kamu ke bandara. Ayah kamu gak ada yang jaga di rumah sakit."
"Gapapa, Naya bisa pulang sendiri. Lagian ada yang mau jemput Naya kok, Bun. Hehe ... See u, Bunda, Naya tutup dulu teleponnya."
Kanaya kembali mengantongi benda pipih itu, mengambil barang-barang miliknya di baggage claim. Bertahun-tahun meninggalkan tanah air, tentu saja membuat gadis itu cukup berubah, dan yang paling mencolok dari dirinya adalah, penampilan. Gadis remaja berambut panjang itu kini berubah menjadi gadis dewasa dengan rambut hitam sebahu.
Kepalanya kemudian bergerak seolah mencari seseorang dari keramaian bandara. Kaki jenjang itu terus berjalan hingga tak sadar ia telah sampai di lobi bandara, Kanaya merogoh kembali ponsel miliknya, berniat menelpon seseorang.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi."
"Astaga ... itu anak ke mana sih?"
Tidak cukup sampai di situ, Kanaya kembali menelpon orang yang menjadi tujuannya.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi."
"Katanya calon dokter, tapi janjian sama temen ngaret gini, apalagi nanti kalo ada pasien yang lagi butuh ya." Gerutunya, mulai kesal.
Tanpa ia sadari, ada seorang laki-laki berjaket hitam lengkap dengan topi hitam tengah memperhatikannya dari kejauhan. Laki-laki itu menyunggingkan sebelah bibir, lalu perlahan ia mulai mengayunkan kakinya menghampiri Kanaya.
"Mbak, lagi cari siapa?" tanyanya.
Namun Kanaya sama sekali tidak menoleh, dia terlalu fokus dengan benda pipih yang ada di genggamannya.
"Lagi nunggu temen. Tapi temen saya belum datang-datang, mana ditelpon gak aktif," ujarnya, terdengar ada nada jengkel di sana.
Laki-laki itu tersenyum lebar, lalu berkata lagi, "Temen Mbak mungkin gak bakal dateng. Gimana kalo saya aja yang anter Mbak. Mau?"
"Engga, Mas. Gak perlu, saya bisa naik taksi aja."
"Saya anter aja, Mbak. Gapapa, gratis."
"Engga, saya bisa sendiri. Terima kasih."
Laki-laki itu benar-benar mengacuhkan ucapan Kanaya. Ia balik berniat mengambil alih koper yang ada tepat di samping gadis itu. Hingga Kanaya tersadar dan menoleh ke arahnya.
"Ayo, Mbak, sama saya aja."
Dengan cekatan Kanaya meraih kembali koper yang hendak dibawa oleh orang tak dikenal itu. "Eh! Kok maksa sih?! Gue udah bilang gue gak–"
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DOSEN
No Ficción"Bingung mau manggil Bapak atau sayang." "Kanaya, pegang ucapan saya. Saya akan bertanggung jawab atas bayi ini." Berkisah tentang gadis SMA-Kanaya-yang hamil akibat "insiden" tak terduga bersama pria berumur 30 tahun bernama Jovan, seorang guru Dos...