13. Perihal parfum

26.4K 1.3K 52
                                    

Udah baca part 12 nya belum?
Yg belum, baca dulu yaaaaa♡♡





"Saya ini ...."

Jovan menggantungkan ucapannya, ia menoleh pada Kanaya yang menatapnya penuh arti tersirat.

Tak berselang lama, terdengar helaan napas dari laki-laki itu, ia mengibaskan tangan di udara, menandakan bahwa dia sudah malas berbicara dengan sosok Bima, dan tak berniat memperpanjang percakapan mereka.

"Kamu gak perlu tau siapa saya. Yang perlu kamu tau itu cuma satu hal. Jangan pernah deket sama Kanaya. Mengerti?"

Bima terlihat masih mencerna ucapan laki-laki yang tiba-tiba saja muncul tanpa diperintah, lalu mengatakan hal yang tentu saja membuatnya tak terima. Yang benar saja, memangnya dia siapa sampai berani melarangnya untuk dekat dengan Kanaya.

"Kanaya, ayo kita pulang."

Gadis itu hanya nurut ketika Jovan membawanya masuk ke dalam mobil yang menepi tak jauh dari sana. Bima yang tak bisa berbuat apa-apa, hanya mampu memandangi Kanaya yang kian hilang dari pandangannya.

"Naya, kamu masih berani deket sama cowok itu, hah?" ujar Jovan sembari menjalankan mobil, meninggalkan area sekolah menuju suatu tempat.

Disisi lain, Kanaya masih diam tertunduk, melihat jemarinya yang saling bertautan.

"Aku harus bilang berapa kali biar kamu jauh-jauh sama cowok itu, Kanaya? Terus apa tadi? Pake pegang-pegang segala. Maksudnya apa?"

Kanaya beralih mengatupkan rahang. Entahlah, bahkan telinganya terasa memanas ketika mendengar ucapan Jovan.

"Kenapa lo jadi ngatur hidup gue?" ucapnya cukup pelan.

"Apa?"

Kanaya menoleh ke samping, menampilkan raut wajah kesal yang sejak tadi terbendung. "Kenapa sekarang lo berani ikut campur urusan gue?!"

Tunggu. Apakah laki-laki itu tidak salah dengar dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Kanaya?

"Karena aku suami kamu, Kanaya. Aku berhak larang kamu buat deket sama cowok lain? Memangnya salah seorang suami yang mau jaga istrinya dari laki-laki lain?"

"Salah! Iya, gue tau lo suami gue. Tapi lo harus inget, gue nikah sama lo juga karena lo sendiri yang rusak masa depan gue! Inget lo, hah!"

Jovan memilih menepikan mobilnya ketika mendengar nada tinggi Kanaya. Rahangnya mengatup sempurna, pun dadanya yang berdetak tak beraturan, ia menggenggam kemudi dengan sekuat tenaga. Nampaknya ucapan Kanaya mampu membuat isi hatinya terasa dirobek, rasanya sangat sakit.

"Lo tau janin yang ada di dalam perut gue ini karena ulah siapa?" Kanaya menatap tajam laki-laki yang ada di sampingnya.

"INI SEMUA GARA-GARA LO! GUE KEHILANGAN MASA MUDA GUE ITU SEMUA KARENA COWOK BAJINGAN KAYA LO!"

"KANAYA!"

"APA! Lo mau ngelak?"

Jovan mengacak rambutnya frustasi. Ia mencoba mengatur napas yang semakin menggebu. Karena tidak seharusnya dia membentak Kanaya, apalagi Kanaya tengah hamil muda, dia sudah diwanti-wanti agar tidak membuat Kanaya stres.

"Lo udah hancurin cita-cita gue, masa depan gue, dan sekarang gue harus nanggung kesalahan lo juga. Terus dengan seenaknya lo ngatur gue buat ga bergaul sama temen-temen gue? Ck, lo sehat? Lo mau bikin gue makin gila karena sifat posessif lo itu, hah?"

Dalam diamnya, Jovan membenarkan ucapan Kanaya kala itu. Ya, dia pikir terlalu berlebihan karena merasa Kanaya adalah miliknya seorang, dia tidak ingin ada orang lain yang mengambil Kanaya. Tapi, apakah dia juga salah karena dia memang sangat mencintai Kanaya? Dia tidak tahu isi hati seseorang, dia hanya ingin menjaga perempuan yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

OM DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang