27. Kecelakaan

17.3K 885 150
                                        

Di depan kaca yang cukup besar itu, dalam balutan dress selutut Kanaya masih memperhatikan pantulan dirinya di sana, mengusap permukaan perut yang sudah berbentuk dengan senyum merekah di bibirnya.

"Beruang madu, hari ini Mama bakal denger detak jantung kamu, Nak. Mama bakal liat udah sebesar apa kamu di dalam perut Mama. Kamu anak Mama yang paling hebat, sehat-sehat di dalam sana sampai nanti Mama bisa peluk kamu, ya." Kanaya terus bergumam, seperti mengajak calon anaknya mengobrol.

Tak berselang lama, sebuah gerakan kecil mulai ia rasakan tatkala Kanaya mengelus lembut permukaan menonjol itu. Ia tersentak, ini pertama kalinya ia merasakan gerakan bayinya.

Ia tersenyum penuh haru. "Kamu denger Mama kan, sayang?"

Karena terlalu senang akibat gerakan itu, kedua bola matanya pun sampai berkaca-kaca, hatinya terlalu tersentuh, apakah seperti ini rasanya menjadi seorang ibu?

"Oke! Sekarang kita berangkat susul Papa kamu, ya."

Kanaya beralih mengambil tas kecil yang tergeletak di atas meja rias, kemudian berjalan keluar kamar untuk segera menyusul Jovan ke perusahaan. Ya, siang hari ini keduanya sudah memiliki jadwal untuk memeriksakan kandungan Kanaya ke dokter, sekaligus melakukan USG. Mereka berencana pergi ke rumah sakit selepas Jovan selesai dengan meeting-nya.

Dengan diantar oleh supir pribadi, Kanaya merasa sangat bahagia saat itu, ia sudah tidak sabar untuk segera mendengar detak jantung beruang madunya.

"Makasih, ya, Pak," ucapnya ketika baru saja sampai dan turun dari mobil itu.

"Sama-sama, Non."

Sejenak, Kanaya menengadah menatap gedung pencakar langit di depan dengan senyum lebar, lalu mulai melangkahkan kaki memasuki bangunan kokoh tersebut.

"Selamat siang, Bu." Sapa salah satu pegawai di sana, sedikit menundukkan kepala sopan.

Kanaya yang terlihat menaikkan alis bingung hanya mampu membalas sapaan itu dengan senyuman kikuk. Tidak hanya 1 orang, melainkan hampir seluruh karyawan yang melihat dirinya melakukan hal yang sama. Apakah mereka sudah tahu bahwa Kanaya adalah istri dari pemilik perusahaan properti terbesar yang tak lain adalah bos mereka sendiri?

Gadis itu terus melangkahkan kaki lalu menaiki lift untuk menuju ruangan pribadi Jovan. Namun, matanya seketika menyipit menelisik sosok perempuan yang tengah berdiri di depan ruangan sang suami.

Melihat postur tubuh dan outfit yang dipakai perempuan itu, seketika Kanaya melangkahkan kaki cepat, tangannya sudah terkepal kuat, dia tahu siapa perempuan itu.

"Heh, perempuan gatel!" Sahutnya kemudian.

Anita, perempuan itu lantas menoleh cepat ketika suara yang cukup lantang menggema di telinganya. Sudut bibir yang tadinya tertarik membentuk senyuman manis, seketika runtuh begitu saja ketika melihat Kanaya yang mendekatinya dengan tatapan tajam.

"Mau apa kamu ke sini?" tanyanya.

Kanaya menarik sebelah bibir jengkel. "Harusnya gue yang nanya! Lo ngapain ke sini, hah?! Masih mau gangguin suami gue?!"

"Itu bukan urusan kamu!"

"Itu urusan gue!" Kanaya menunjuk Anita tajam. "Sekali lagi gue liat lo berani deketin suami gue, jangan harap muka lo bakal baik-baik aja setelah kepalan tangan gue ini nyentuh muka tebal lo!" Sentaknya.

Anita sama-sama memberikan tatapan tajam pada gadis yang jauh lebih muda darinya itu, rahangnya mengeras sempurna menandakan rasa amarah yang kini menguasainya.

"Kamu perempuan yang sudah merebut Jovan dari saya! Saya tidak akan pernah biarkan laki-laki yang seharusnya jadi milik saya jatuh ke pelukan orang lain." Anita menggeram, memberi penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.

OM DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang