Haaiii.... gimana puasanya?
Udah ada yang bolong belom??🤭🤭
Sengaja UP pagi-pagi buat nemenin kalian, hihii... semangat ya puasanya♥︎Btw, hari ini ulang tahun akuuu🙈🎊🎉gak mau ngucapin gitu?? wkwkwk....
Aku harap sih cerita ini udah END sebelum lebaran yaaa😚🥺🥺🙏 Aku ada niatan buat lanjutin cerita ini di judul yang baru. Tapi tentang Mario di masa depan.. setuju ga?😢
♥︎♥︎
Gadis itu sudah kehilangan akal untuk mencoba pergi dari dalam mobil Jovan, tidak ada jalan baginya untuk melarikan diri. Semakin lama, pria yang tengah menuntun anak kecil itu semakin mendekat dan masuk ke dalam mobil miliknya.
"Ayah ... Kakak ini siapa?" tanya anak itu seketika tatkala melihat ada seorang perempuan yang duduk di depannya.
Dengan santai, Jovan menjawab, "Oh, ini murid Ayah di kampus. Namanya Kak Kanaya."
Anak itu tersenyum lebar. "Hallo, Kakak! Nama aku Malio! Kak Kanaya cantik! Malio syuka!" Sahutnya senang.
Meski merasa canggung, Kanaya menoleh ragu. "H--hai, Malio."
"Namanya Mario, bukan Malio," ujar Jovan meralat.
Kanaya mendelik sebal. "Orang dia bilang Malio kok."
"Ya namanya juga anak kecil, belum bisa bicara fasih." Pria itu lantas segera melajukan kendaraan meninggalkan kawasan sekolah tadi.
Jujur saja, Kanaya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya menautkan jemarinya gelisah. Melihat anak kecil yang duduk di kursi belakang dari arah spion, membuat hati kecilnya selalu menebak apakah Mario benar anak Jovan?
"Mmm ... Pak, saya turun di depan aja."
Jovan berdecak. "Kamu ingat, 'kan, kita mau makan siang sama-sama? Kalau kamu tidak mau, silakan, tapi jangan salahkan saya kalau nilai kamu--"
"I--iya, Pak!" Sahutnya kemudian. Di satu sisi, dia benar-benar tidak nyaman dengan situasi saat ini, entahlah, apakah Mario anak Jovan dan wanita yang ia kenal di masa lalu? Lantas apa maksud dan tujuan Jovan mengajak Mario sekaligus dirinya untuk bertemu?
Semakin lama, suasana di mobil itu hanya hening. Sampai anak kecil di belakang itu berkata, "Ayah ...."
"Iya, kenapa?"
Lengkap dengan mimik wajah memohon, Mario menjawab, "Ayah berjanji mau beliin Malio es cream, Mario mau es cream."
Pria itu terkekeh beberapa saat. "Iya, Ayah janji. Sekarang kita ke cafe biasa. Mario juga mau makan siang, 'kan?"
"Malio mau makan juga!" Sahutnya senang.
Situasi macam apa ini? Kanaya benar-benar bertanya-tanya tentang semuanya. Tentang Jovan yang secara tiba-tiba membawa seorang anak laki-laki yang membuat isi kepalanya menerka bahwa Mario adalah anak pria yang ada di sebelahnya itu. Ingin rasanya ia pergi, tapi dia selalu berpikir ulang dengan nilainya kelak. Lagipula, kenapa makan siang ini bisa disebut hukuman baginya?
Ditengah-tengah perasaan gelisah, canggung, bingung, tidak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah menepi di depan sebuah cafe yang tidak lain dan tidak bukan adalah cafe yang pernah ia kunjungi bersama Bima saat ia baru saja pulang ke tanah air.
Entah kebetulan atau tidak, Kanaya seketika menoleh cepat ke arah samping dan menampakkan Jovan yang tengah tersenyum tipis padanya, dari tatapan itu seolah ia tahu apa yang ada dalam pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
OM DOSEN
Não Ficção"Bingung mau manggil Bapak atau sayang." "Kanaya, pegang ucapan saya. Saya akan bertanggung jawab atas bayi ini." Berkisah tentang gadis SMA-Kanaya-yang hamil akibat "insiden" tak terduga bersama pria berumur 30 tahun bernama Jovan, seorang guru Dos...