35. Bukan anakku!

19K 616 95
                                    

"Naya ... gimana, udah siap semuanya?" tanya Jovan yang baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat Kanaya masih membereskan barang-barang yang akan di bawa ke dalam koper.

"Iya, bentar lagi beres kok," jawab Kanaya.

Sejenak laki-laki itu memperhatikan kegiatan sang istri, melihat tumpukan baju yang cukup banyak sehingga ia pikir koper itu tidak akan bisa menampung banyak barang-barang lain selain baju.

"Kenapa bawa baju banyak-banyak, sayang ... kita cuma tiga hari loh di sana."

"Enggak kok. Aku bawa delapan baju ganti buat aku sama kamu, jadi jumlahnya enam belas."

Jovan menganga, lalu menghela napas panjang, sebelum akhirnya ia menghampiri Kanaya, hendak mengambil alih pekerjaan gadis itu.

"Itu kebanyakan, sayang. Kaya mau mudik jauh aja. Sini, biar aku yang beresin baju-bajunya." Laki-laki itu segera memilah kembali dan melipat pakaian milik keduanya menjadi ukuran yang kecil supaya meninggalkan kesan ruang luas di dalam koper.

Kanaya hanya mengulum bibir, dan melihat Jovan yang dengan telaten menyusun barang-barang ke dalam koper.

"Terus aku harus ngapain?"

"Sikat gigi, sabun, handuk udah disiapin?" Ia mendongak, dan disuguhkan gelengan kepala oleh Kanaya sebagai jawaban atas pertanyaannya. "Yaudah kamu siapin itu aja."

Drrtt ... drrtt

Suara getaran ponsel yang tergeletak di atas nakas membuat Kanaya menoleh, dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar mandi.

Ia tersenyum lebar, melihat sang Bunda yang meneleponnya.

"Hallo, Bunda ...."

"Hallo, sayang. Nanti kamu berangkat jam berapa ke Bogor?"

"Hmm ... sore kayanya, Bun."

"Yaudah, siang ini kamu ke rumah Bunda dulu, ya? Bunda sama Ayah pengen makan bareng sama kamu."

"Oke, Bunda. Naya segera meluncur."

Selepas panggilan itu berakhir, Kanaya beranjak dan duduk di samping Jovan yang masih membereskan barang-barang bawaannya.

"Tadi Bunda telpon, katanya siang ini kita mampir dulu ke rumah Bunda buat makan sebelum otw Bogor," ujarnya.

Jovan mengangguk, ia menoleh seraya memberikan  sebuah senyuman manis pada sang isyri. "Yaudah kamu siap-siap dulu sana."

•••🕊•••

Saat setelah sampai di depan halaman rumah kediaman orang tua Kanaya, gadis itu segera berlari kecil, tidak sabar bertemu Hendery dan Nina.

"Sayang ... jangan lari-lari." Peringat Jovan yang menyusul sang istri di belakang.

"Assalamualaikum, Bunda ... Ayah ... Naya di sini," sahut gadis itu, tepat saat membuka pintu utama.

"Waalaikumsalam. Naya, sayang ... anak Bunda." Nina langsung memeluk putri semata wayangnya erat. Dia rupanya juga merindukan Kanaya. "Gimana kamu, Nay? Sehat, 'kan?"

Kanaya mengangguk, seraya melepaskan pelukan sang Bunda. "Naya sehat, Bun. Bunda sama Ayah juga sehat, 'kan? Naya kangen banget."

"Bunda sama Ayah juga sehat." Saat itu juga, iris mata wanita itu teralihkan pada sosok laki-laki yang tak lain adalah menantunya dan memberinya salam. "Eh, Van. Tuh dari tadi Ayah nanyain kamu."

OM DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang