22. Mochi ice cream

18.4K 1K 71
                                        

Siapa tau ada yang mau baca ceritaku yang lain
Boleh mampir...

~Tentang anak yang diasingkan oleh orang tuanya karena Tunawicara (bisu)~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Tentang anak yang diasingkan oleh orang tuanya karena Tunawicara (bisu)~

》》》♡♡♡《《《


Semenjak insiden terbongkarnya rahasia besar Jovan dan Kanaya tempo hari itu, lantas tak ayal membuat suasana hati keduanya sontak berubah drastis. Di mana Jovan yang selalu mendapati Kanaya melamun setiap saat. Dia tidak bodoh, dia jelas tahu apa yang ada di dalam pikiran sang istri, dan dia merasa amat sangat menyesal akan hal itu.

Bagaimana tidak, Jovan selalu terngiang-ngiang ucapan Gabby yang menyebutkan bahwa masa depan Kanaya bisa saja hancur lebur karena kehamilan gadis itu. Tentu ia pun tak ingin itu terjadi, meski nantinya kelak Kanaya memilih melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dia tak akan menghalangi, justru laki-laki itu akan sangat senang apabila anak mereka bukan menjadi penghalang untuk Kanaya meraih semua cita-citanya.

Di sini dia sekarang, di bawah pohon flamboyan, melindungi diri dari sengatan sinar matahari seraya menikmati semilir angin, Jovan masih duduk di bangku kayu taman fakultas sejak 30 menit yang lalu. Tidak ada yang dia lakukan selama itu, bahkan laki-laki itu nampak tak menghiraukan lalu lalang para mahasiswa di sekitaran taman.

Berulang kali desahan napas pendek keluar dari mulutnya, menandakan bahwa saat itu ia tengah dilanda banyak pikiran dalam otaknya. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia ketahui, seperti bagaimana sekolah Kanaya sekarang? Apakah istrinya itu kesepian? Lalu bagaimana hubungan Kanaya bersama teman-temannya? Apakah mereka sudah berbaikan? Jujur saja, semua masalah yang ditanggung Kanaya tak lain adalah karena kesalahan dirinya yang ikut andil di dalamnya.

Dari arah belakang, seorang gadis yang tengah menyipitkan mata dan memastikan siapa laki-laki yang tengah terduduk sendirian di bangku taman, sontak melebarkan senyum. Ia segera berjalan cepat menghampiri Jovan, sosok yang dia cari-cari sejak tadi.

Seolah tak menyadari akan kehadiran seseorang, Jovan masih setia menatap dengan pandangan kosong apapun yang ada di depan matanya.

"Pak ... Pak Jovan." Panggilnya, namun Jovan masih belum tersadar.

Gadis itu menghempaskan napas panjang, lalu sebelah tangannya terangkat dan menepuk bahu Jovan.

"Pak?"

"E—eh, ada apa?" ujarnya sedikit terlonjak. "Tania? Kenapa?"

"Bapak lagi ngelamunin apa? Sampe saya panggil gak nyahut loh," katanya.

Jovan hanya tersenyum kaku, lalu menjawab, "A—ah, tidak. Saya cuma lagi banyak pikiran saja."

Gadis itu—Tania—memilih duduk di samping Jovan, mengisi ruang kosong bangku yang sejak tadi hampa. Ia menatap lamat pahatan wajah laki-laki yang masih memandang lurus ke depan, memperhatikan setiap garis wajah tegas di sana. Sempurna, itu sebuah kata yang mampu mengungkapkan kekagumannya.

OM DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang