7. Solo player

57.6K 2K 53
                                        

Selepas membaca pesan singkat dari nomor yang tak dikenal, lebih tepatnya Kanaya belum menyimpan nomor ponsel milik Jovan, gadis itu kini sudah duduk di bangku depan kedai Mie tak jauh dari sekolahnya. Ia memilih menunggu Jovan di sana setelah mengetahui bahwa suaminya itu ingin menjemputnya.

Tentu bukan tanpa alasan, Kanaya tidak ingin terciduk oleh murid-murid lain karena ketangkap jalan bersama laki-laki yang umurnya terpaut sangat jauh, meski kenyataan membenarkan bahwa Jovan telah sah menjadi suaminya. Untung saja Vika mengiyakan ucapan Kanaya dengan dalih alasan dijemput pulang oleh Hendery.

Sudah sepuluh menit lamanya gadis itu menunggu Jovan, mengayunkan kaki jenjangnya yang menggantung bebas dari kursi yang di dudukinya. Kanaya menghempaskan napas pelan, memandangi jalanan lenggang di depannya dengan tatapan kosong. Rupanya ucapan Gabby siang tadi mampu bergelayut cukup awet mengisi pikirannya sampai detik itu. Entah, Kanaya masih memikirkan Jovan, sebuah fakta bahwa laki-laki itu sudah hidup sebatang kara di dunia ini. Ah, Kanaya benar-benar tidak bisa membayangkannya.

"Udah lama nunggunya, Mbak?"

Kanaya terkesiap, menoleh cepat ke sumber suara, dan menampakkan laki-laki dewasa nan tampan tengah berdiri menjulang di depannya.

"Ih! Lama banget! Sengaja lo ya bikin gue kering di jalanan gara-gara nungguin lo!" Sulut gadis itu sembari beranjak dari duduk, dan menatap Jovan dengan sangat tajam.

"Maaf ya sayang. Di pertigaan sana tadi macet, ada yang kecelakaan," ucapnya seraya menampilkan senyuman yang mampu membuat kaum hawa seperti Kanaya meronta dalam diam.

Sialan! Jangan senyum! Gue gak bisa diginiin!

Jovan meraih tangan Kanaya, membawa gadis itu menuju mobilnya yang ada di seberang jalan. Kanaya hanya diam, membiarkan Jovan menggiringnya sampai masuk ke dalam mobil mewah di sana.

Laki-laki pemilik lesung pipit itu menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, menghadang jalanan ramai lancar menjauhi kawasan sekolah Kanaya. Awalnya mereka hanya saling terdiam, Jovan yang fokus menyetir, dan Kanaya yang sedang berusaha menenangkan diri sendiri dari situasi canggung kala itu. Namun tiba-tiba Kanaya membelakakan bola mata ketika mobil yang ditumpanginya mengarah ke arah yang berlawanan dengan tempat tinggalnya.

"Loh, kok ke sini?" ujar Kanaya sedikit panik.

"Saya mau kasih kamu kejutan dulu," kata Jovan sembari melirik Kanaya sekilas.

Gadis itu kembali menghela napas, dia sudah pasrah dengan Jovan yang akan membawanya entah ke mana. Dengan tangan yang terlipat di depan dada, Kanaya beralih memejamkan matanya. Sungguh, dia sangat lelah, dan ingin segera berhambur ke atas ranjang lalu tertidur nyenyak.

"Kamu laper gak? Mau makan dulu?" Jovan kembali bersuara.

"Engga. Gue udah kenyang," jawab Kanaya yang masih menutup mata.

Laki-laki itu kembali mengangguk, membiarkan Kanaya yang sepertinya cukup kelelahan.

"Kenapa lo gak bilang-bilang dulu?" Tanyanya yang langsung mengundang kerutan kening dari Jovan.

"Maksud kamu?"

"Lo pindah kan dari apartemen itu," kata Kanaya yang beralih menolehkan pandangan ke arah Jovan.

"Ah, kenapa kamu tau? Padahal saya belum bilang apa-apa 'kan?"

Mampus! Kenapa gue ngomong itu sih!

Kanaya merutuki ucapannya tadi, harusnya ia tidak berbicara soal itu. Yang ada Jovan akan merasa senang karena diam-diam ia mengulik tentang kehidupan laki-laki itu, meski tanpa disengaja.

OM DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang