Voment, sabi laahh ♡
》》》♡♡♡《《《
Sang surya semakin menampakkan dirinya, membawa sinar hangat di seluruh penjuru kota Bandung yang hari itu dihiasi langit biru tanpa awan. Pun cahaya terangnya semakin mencoba masuk ke dalam celah gorden kamar yang masih tertutup.
Dua manusia berjenis laki-laki dan perempuan masih bergelut di dalam selimut. Nampaknya masih enggan mulai beraktivitas setelah malakukan kegiatan panas mereka tadi malam. Ya, Jovan dan Kanaya benar-benar melakukan itu.
Kanaya mengerjapkan matanya tatkala silauan cahaya mengganggu kelopak matanya yang tertutup rapat. Hal pertama yang ia lihat adalah, sesosok laki-laki masih tertidur pulas di sampingnya, memeluk gadis itu dengan posisi yang begitu intim
Ia segera membulatkan bola mata terkejut.
"AAAAAKH!"
Suara yang nyaris lantang nan melengking itu ternyata mampu membangunkan Jovan dengan cara yang tak bersahabat. Laki-laki itu terkesiap, Kanaya segera menjauhkan diri dari Jovan, menarik selimut supaya menutupi tubuhnya yang tak memakai kain barang sehelai.
"LO APAIN GUE, HUH?!" Teriaknya.
Jovan menghempaskan napas berat, ia beralih terduduk, memijat pelipisnya yang sangat pening. Pandangan laki-laki itu seketika bergerilya memandangi isi kamarnya yang nampak seperti kapal pecah.
Astaga, apa yang sudah dia perbuat?
"JAWAB! LO APAIN GUE!" Sentaknya. Praktis membuat Jovan menoleh. Sekali lagi, hempasan napas berhasil laki-laki itu loloskan.
"Saya benar-benar gak tau," jawabnya disertai mimik wajah bersalah.
Jauh dalam pikirannya, Kanaya masih mencoba mengingat kejadian yang menimpanya tadi malam.
"Lo—"
Baik, mungkin ini salahnya, karena dia tidak bisa menahan diri ketika melihat Kanaya, apalagi gadis cantik dan baik seperti Kanaya. Meski berulang kali ia selalu menyalahkan pengaruh alkohol atas tindakannya, namun semua itu salah, nyatanya setelah ia sadarpun, semua rasa yang entah ia ketahui apa namanya itu masih menjadi bumbu terbaik dalam hatinya.
"Huuaaaaaa, Bundaaaa! Hiks!"
Jovan kalap, ketika melihat Kanaya menangis. Gadis itu menutupi seluruh wajahnya dibalik selimut.
"K—kanaya, jangan nangis, saya bakal—"
"Lo udah hancurin masa depan gue! Lo manusia bejat! Dasar om-om mesum! BUNDAAAAA!"
Jovan masih ragu-ragu mendekati Kanaya. Apakah ia harus? Dia rela, ia benar-benar rela jika memang dialah oknum yang pantas untuk disalahkan.
"Nay, saya janji. S—saya akan tanggung jawab kalau ... kalau kamu hamil."
Tangis Kanaya menghilang ketika mendengar ucapan Jovan. Ia membuka selimut, menampakkan wajahnya yang sudah berubah merah. Gadis itu menggeram, menarik lengan Jovan secara paksa sampai laki-laki itu kembali terlentang. Ia segera mencekik leher Jovan, mengguncangkannya seperti orang yang kesetanan.
"LO MANUSIA BIADAB! KALO GUE HAMIL GIMANA!"
"K—ka—naya, le—pas!" Jovan mencoba melepaskan cengkeraman tangan Kanaya di lehernya yang mampu membuat saluran oksigen menuju paru-parunya terhambat.
"GUE PENGEN BUNUH LO!"
Kanaya semakin mengeratkan cengkeraman tangannya di leher Jovan, sampai wajah laki-laki itu berubah memerah. Tak mau mati sia-sia, dengan kekuatan tenaganya, Jovan berhasil melepaskan cekikan Kanaya. Ia mengubah posisi, Jovan menahan kedua tangan Kanaya di samping kepala, ia kembali mengukung Kanaya sampai gadis itu tak mampu berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DOSEN
Saggistica"Bingung mau manggil Bapak atau sayang." "Kanaya, pegang ucapan saya. Saya akan bertanggung jawab atas bayi ini." Berkisah tentang gadis SMA-Kanaya-yang hamil akibat "insiden" tak terduga bersama pria berumur 30 tahun bernama Jovan, seorang guru Dos...