28. Keguguran

16.8K 910 52
                                    

Kok pada nganggap mimpi sih? ini serius loh😆
Bau² sad end? NO NO ... Janji deh cerita ini ga bakal sad end!
Tapi masalahnya, Sekarang aku lagi pengen obrak-abrik perasaan teman-teman aja🤗🧘🏼‍♀️💕

♡♡♡

_____________________________

Ayo Vote biar cepet UP, hihi

_____________________________

Hamparan bunga terbentang jauh disepanjang mata memandang, sebuah pemandangan yang sangat asing bagi gadis itu. Entahlah, ketika ia membuka mata, ia sudah berada di tempat yang dia sendiri tidak tahu di mana. Ia merasa seumur hidupnya ia belum pernah melihat tempat yang seperti ini.

Kanaya terus berjalan tanpa arah, mencari keberadaan siapapun yang mungkin sama-sama terdampar di tempat asing itu. Namun nihil, tidak ada orang satu pun di sana. Hanya sebuah ladang yang maha luas dipenuhi bunga cantik warna-warni yang mampu ia lihat.

Sebenarnya di mana dia? Ke mana semua orang? Kenapa dia ada di sini?

"Mama ...."

Suara anak kecil perempuan sontak mengalihkan pandangan Kanaya. Ia segera menoleh, melihat sosok anak manis yang berdiri di belakangnya lengkap dengan sebuah senyuman terpatri di bibir tipis anak itu.

Kanaya mengerutkan kening. Apakah dia tidak salah dengar? Apa anak itu memanggilnya Mama?

"Kamu siapa? Kenapa kamu panggil aku Mama?" tanyanya bingung.

Anak itu berjalan beberapa langkah mendekati Kanaya. "Mama lupa sama aku?"

Kerutan di kening itu semakin kentara. Ia tidak mengerti apa yang anak kecil itu katakan. Kanaya menggelengkan kepala pelan, bermaksud mengisyaratkan anak itu bahwa dia benar-benar bingung dengan semuanya.

"Aku anak Mama. Beruang madu."

Seluruh tubuh gadis itu seketika melemah, ia tak mampu lagi menahan beban berat tubuhnya, sampai Kanaya terduduk dengan pandangan  terkejut.

"Beruang madu?"

"Iya, aku anak yang Mama panggil beruang madu." Anak itu semakin mendekat, ikut terduduk di depan sang Mama yang sudah meneteskan air mata.

Ia mengusap lelehan cairan bening itu dengan jari-jari mungilnya. "Mama kenapa nangis? Mama gak suka ketemu sama aku?"

Kanaya menggeleng. "Bukan gitu. Mama terlalu bahagia karena ketemu sama kamu, sayang."

Gadis itu kini beralih menarik anak di depan ke dalam pelukannya. Memeluk erat tubuh kecil itu seolah tak ingin ia pergi, lalu mengelus rambut panjang terurai anaknya lembut.

"Anakku ... Mama sayang sama kamu, Nak." Kanaya menangis lirih.

"Aku juga sayang sama Mama." jawab anak itu, tersenyum membalas pelukan Kanaya.

"Mama, apa aku boleh bilang sesuatu sama Mama?" ucapnya kemudian. Kanaya yang mendengar hal itu, lantas melepaskan pelukannya. Ia beralih menyentuh pundak anaknya.

"Boleh, sayang. Kamu mau bilang apa, hm?"

Anak itu kembali tersenyum lebar, lalu berkata, "Mama ... terima kasih karena sudah jadi Mama yang paling hebat. Aku tidak pernah menyesal hadir di rahim Mama. Aku sangat bahagia karena kasih sayang Mama dan Papa. Tapi, Tuhan sudah menyuruhku untuk pulang sekarang. Mama jangan sedih, ya?"

Kanaya merasa tersentak dengan ucapan anaknya itu. Ia merasa seperti sebuah ucapan perpisahan yang dikatakan beruang madunya.

"Pulang? Pulang ke mana, sayang?"

OM DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang