Anzara -11

1.4K 86 5
                                    

Secercah sinar cahaya matahari menyeruak masuk ke kamar yang bernuansa abu-abu. Seorang gadis yang tertidur mulai terusik akibat cahaya matahari. Ia bangun dan duduk ditepi kasurnya. Gadis itu memicingkan matanya lalu melirik jam di mejanya.
Betapa terkejutnya ia melihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh___ yang dimana sebentar lagi akan diadakan upacara.

"Mampus terlambat nih gue."
Gumam Tiara.

Ia langsung bergerak menuruni ranjangnya dan segera memasuki kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Setelah 15 menit berkutat di dalam kamar mandi, ia langsung keluar dengan seragam putih abu-abu yang melekat ditubuhnya. Tanpa babibu lagi, ia segera mengambil tas sekolahnya dan keluar dari kamarnya, menuju meja makan.

"Abang kenapa nggak bangunin Ara sih?" Rengek Tiara saat kakinya sudah melangkah di meja makan.

"Udah gue bangunin, tapi Lo kebo banget." Delik Aska. Tiara mengerucutkan bibirnya sebal.

"Bibir Lo nggak usah monyong-monyong, gue tampol nih."

"Aska nggak boleh gitu," peringat Dirga.

"Iya pah maaf, Aska bercanda doang." Jawab Aska

"Kamu sudah bertemu dengan calon istri kamu?" Tanya Dirga.

"Sudah." Jawab Aska dengan datar.

"Ingat jangan coba-coba untuk membatalkan perjodohan ini?" Aska hanya mengangguk, menurut pada papanya.

"Emang calonya siapa sih?" Sahut Tiara.

"Kepo."

"Ara nanya sama papa ya, bukan sama Abang. Ge-er banget!" Ujar Tiara sinis.

"Santai dong matanya." Balas Aska seraya terkekeh.

Udah jam segini loh. Lo mau ngobrol terus dek?" Tiara langsung menepuk jidatnya dan segera berdiri. Tak lupa ia Salim terlebih dahulu ke orang tuanya sebelum berangkat ke sekolah.

"Ayo bang Ara udah telat nih."

"Ck! Sabar." Dengan terburu-buru Aska segera Salim.

"Aska berangkat dulu, assalamualaikum." Teriak Aska dan segera melenggang pergi menaiki mobil bersama Tiara, sang adik.

Butuh waktu beberapa menit untuk sampai disekolahnya, Tiara terus menggerutu sepanjang perjalanan. Aska hanya diam, mendengarkan semua Omelan yang dikeluarkan sang adik.

Setelah sampai di sekolah Tiara langsung menatap sekolah yang sudah sepi. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan.

"Pantes udah ditutup." Lirih Tiara.

"Udah sana turun, Abang mau kerja." Aska mendorong pelan bahu sang adik.

"Nggak baik-baiknya Lo jadi abang." Ucap Tiara seraya Salim pada Aska.

Sebelum turun Aska sempat mengecup kening adeknya itu dan langsung bergegas pergi membelah jalanan yang ramai. Sebenarnya Aska bisa saja datang jam berapapun, namun ia mempunyai urusan mendesak maka dari itu ia juga berburu-buru.

Dengan langkah tergesa-gesa Tiara lari menuju belakang sekolah. Yang ia tahu rata-rata siswa dan siswi di sini akan menggunakan jalan ini agar terhindar dari amukan guru BK.

Tiara melongo melihat tinggi tembok yang menjulang di depannya. Ia pun melirik tangga kayu yang sudah rapuh. Ia mulai memposisikan tangga agar lurus dengan perlahan ia naik satu tangga, Masih aman. Naik tangga dua, masih aman. Naik tangga tiga, masih juga aman. Dan saat ingin naik tangga keempat, ia merasa tangannya mulai bergoyang.

Tiara Mulai panik dengan segera ia langsung naik tangga dengan gerakan cepat. Sedikit lagi ia akan mencapai dan....

Hap!

ANZARA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang