Anzara - 14

1.2K 80 4
                                    

Pagi ini seperti biasa Tiara ke sekolah di antar oleh Abangnya, Aska. Untungnya saat ini Tiara tidak terlambat karena ia bangun lebih pagi. Kini, ia sudah sampai disekolahnya.

Semua orang menatap kagum pada gadis cantik yang tengah menebarkan senyumannya. Tiara tersenyum sangat manis sepertinya ini efek sehabis telponnya sama Randy. Tepatnya malam tadi, saat dia ingin tidur tiba-tiba Randy menelponnya. Berawal dari Randy yang tidak sengaja terpencet menelponnya, berakhir mereka terus lanjut berbincang selama berjam-jam lamanya, bahkan keduanya sampai ketiduran dan lupa mematikan telponnya.

"Woi!"

Tiara langsung berbalik begitu mendengar suara teriakan yang membahana di sepanjang koridor. Semua orang menatap aneh ke Naimma dan Tiara. Tiara hanya tersenyum malu dan segera berjalan dengan cepat.

"Ra tungguin!"

"Berisik setan! Bikin malu ih Nam!" Sungut Tiara begitu memasuki kelas. Naimma menyengir lebar.

"Maaf."

Baru saja Tiara menaruh tasnya, tiba-tiba suara pemberitahuan membuat Tiara kaget sekaligus bingung.

"KEPADA TIARA LAURENZA KELAS XI MIPA 4 UNTUK SEGERA KE RUANG KEPALA SEKOLAH. BAPAK ULANGI UNTUK TIARA LAURENZA KELAS XI MIPA 4 UNTUK SEGERA KE RUANG KEPALA SEKOLAH."

"Kok Lo di panggil? Lo ada buat kesalahan Ra?" Tanya Naimma.

Tiara mengedikkan bahunya, "Nggak tau. Gue ke sana dulu ya." Tiara pun langsung pergi menuju ruang kepala sekolah.

Tok tok tok

"Masuk!" Tiara langsung masuk. Begitu ia masuk di dalam situ sudah ada kedua orang tua dan... Ersya? Tiara sangat yakin jika yang berada di sebelah Vita adalah mamanya.

"Bapak, ada manggil saya kenapa ya?" Tanya Tiara. Pak Wawan, selaku kepala sekolah tampak menghela nafas kasar.

"Duduk dulu, nak." Tiara mengangguk. Ia duduk tepat di depan Ersya yang tengah memandangi dengan sinis.

"Dia Minta pelakunya! Dia yang buat Ersya begini!" Ujar Ersya dengan nangis yang di buat-buat.

Tiara mengernyitkan. Merasa aneh dengan Ucapan Ersya, apa yang dimaksud wanita itu? Tiara berfikir untuk sesaat, sebelum pada akhirnya ia sadar apa yang dimaksud Ersya.

"Oh jadi kalau ya yang buat anak saya begini?" Ketus Rani_____ mama Ersya.

"Saya nggak pernah ngelakuin apapun ke anak Tante, anak Tante duluan yang ganggu saya!" Jawab Tiara membela diri.

"BOHONG! DIA BOHONG MI...
H_hiks..." Ujar Ersya seraya menagis tersendu-sedu. Rani langsung memegang bahu sang anak dan berusaha menenangkannya.

"Saya nggak mau tau pak! Anak ini harus di keluarkan dari sekolah ini" tegas Rani.

"Maaf Bu, tetapi saya tidak bisa mengeluarkan murid sembarang. Saya harus mendengarkan kejadiannya dari sudut Tiara terlebih dahulu jelas pak Wawan.

Pak Wawan menoleh pada Tiara, "Apa benar kamu ngedorong Ersya sampai kepalanya berdarah Tiara?" Tiara mengangguk. Memang ia mendorong Ersya Namum ia tidak tahu jika kepala wanita itu berdarah.

"Tuh kan pak! Saya nggak mau tau pokoknya anak ini harus di keluarin dari sekolah ini! Kalau tidak, saya akan membawa polisi dan menuntut sekolah ini atas tindakan membiarkan muridnya dibully!" Ancam Rani seraya menatap tajam Tiara.

"Saya memang mendorong kak Ersya. Tapi saya berusaha membela diri karena kak Ersya duluan yang berusaha mencelakai saya,!" Ucap Tiara dengan tenang.

"BOHONG!" teriak Ersya.

ANZARA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang