Wajah Dante terlihat panik, dia berdecak kesal, seolah kesal dengan dirinya sendiri yang keceplosan menceritakan. Dante melihat wajah Starley yang benar-benar tercengang. Dante menghelakan napas, dan berkata."Lupakan yang aku ceritakan tadi, aku hanya bergurau," bisik Dante. Sambil melirik pintu di mana Damien berada. Berharap Damien masih lama menerima telpon itu.
Starley memutarkan bola matanya. "Aku tahu kau tidak bergurau, Dante."
Dante terlihat menyesal sudah menceritakan hal itu. Tentu saja Damien belum menceritakan tentang hal itu kepada Starley. Bahkan kedua orang tua mereka belum tahu tentang cerita ini. Sepertinya terlalu banyak berpindah-pindah habitat membuat otaknya sedikit korslet.
"Aku seharusnya tidak menceritakan hal itu," seru Dante.
Jadi benar, Damien memiliki masa kecil yang tidak indah. Starley menarik napas tajam membayangkan Damien yang masih kecil, menjadi seorang budak. Hatinya terasa nyeri hanya dengan membayangkannya.
Dante menghelakan napas. "Tolong jangan beritahu Damien aku sudah menceritakan hal itu kepadamu," seru Dante.
Tapi sebelum Starley dapat menjawab, tepat setelah itu, pintu kembali terbuka dan Damien masuk ke office. Damien sudah duduk di sofa lagi.
"Aku akan memeriksa flashdisk itu nanti," seru Damien kepada Dante. Dante terlihat kaget sekarang.
"Aku kira kau akan langsung memeriksanya," jawab Dante. Karena hal ini lah yang Damien tunggu seumur hidupnya, informasi tentang Yusef.
"Aku akan memeriksanya setelah menyelidiki masalah keluarga Starley," jawab Damien. Karena Damien sudah berjanji kepada Starley akan menyelidiki masalah ini.
Dante melirik Starley, lalu melirik Damien lagi. Lalu Dante hanya tersenyum misterius seolah tahu sesuatu.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu," ucap Dante lalu berdiri dari sofa.
"Kau mau ke mana? Mau menghilang lagi?" tanya Damien.
"Sesuai mood-ku, tapi aku lelah, mungkin aku akan di Chicago sementara ini," jawab Dante dengan malas.
"Kau akan tidur di mana?" tanya Damien.
"Aku ingin bertemu keponakan baruku, jadi mungkin di rumah Dominic dan Athena. Kenapa? Kau mau memberikan aku kamar?" tanya Dante."Tidak, biar aku mudah mencarimu saja," jawab Damien.
"Aku kira kau mau memberikanku kamar. Jika kau ingin aku tidur di rumahmu berikan aku keponakan dulu," jawab Dante jahil, lalu melirik Starley sambil mengedipkan matanya kepada Starley.
Starley mengerjapkan matanya dengan heran, kenapa Dante mengedipkan matanya sambil berkata seperti itu? Apa Dante tahu kakaknya pernah meniduri Starley?
"Jangan berbicara omong kosong, Dante," seru Damien.
"Oh c'mon, anak kecil itu menggemaskan, bukan begitu?" tanya Dante santai, ingin menggoda mereka berdua. Damien maupun Starley tidak menjawab hal itu. Entah kenapa rasanya terlalu awkward menjawab, setelah tadi pagi Damien memberikannya pil kontrasepsi darurat.
Dante menahan ketawanya melihat wajah tegang kakaknya dan Starley. Jelas mereka berdua bukan hanya teman biasa. Dante mengambil permen lagi, lalu memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)
Romance#2 Mavros Series | COMPLETED! LENGKAP DI WATTPAD! Ini bukanlah kisah fairy tale yang manis. Ini kisah tentang dua orang yang pernah memiliki masa lalu bersama. Dan sekarang terpaksa bekerjasama demi kepentingan masing-masing. Starley Bell, hacker...