Seorang pilot tengah mengemudikan helikopter untuk menjemput Hex, dia sudah melihat gedung Bell Corp yang jaraknya sudah tidak begitu jauh. Tapi sebelum mendarat di helipad itu, dia harus melihat apa ada kode cahaya yang diperintahkan.
Setelah menunggu beberapa detik. Tidak lama kemudian, pilot itu melihat cahaya berkedip tiga kali di helipad. Itu kodenya.
Akhirnya pilot itu segera bersiap mendarat di helipad. Sebelum mendarat, ia samar-samar dapat melihat Hex yang berdiri di pinggir helipad memakai jaket hitam dan topi hitamnya. Penampilannya persis seperti yang dideskripsikan.
Setelah mendaratkan helikopter dengan mulus di helipad, pintu helikopter bagian belakang dibuka oleh Hex dari luar. Pilot itu tidak menoleh ke arah Hex yang memasuki helikopter. Ia langsung akan menghubungi tim kalau dia sudah berhasil menjemput Hex.
"Sebentar Hex, aku harus laporkan aku sudah berhasil menjemputmu," ucap pilot itu.
Tapi tiba-tiba pilot itu merasakan sebuah benda keras di pelipisnya, pilot itu menahan napasnya dan menahan gerakannya. Lalu melirik ke samping. Ternyata benar, sebuah pistol ditodongkan ke dirinya.
"Ikuti perintahku jika kau tidak ingin kepalamu ditembak." Suara lelaki, tapi bukan suara Hex.
"Laporkan saja kalau kau sudah berhasil menjemput Hex, tadi kau mau melakukan itu, kan?" tanya Damien santai sambil menodongkan pistol ke pelipis pilot itu.
"Di mana Hex? Kenapa kau memakai jaket dan topinya?" tanya pilot itu langsung.
Damien memang sengaja memakai jaket dan topi Hex untuk mengelabui pilot ini.
"Tenang dia masih hidup, aku membutuhkan dia hidup. Bagaimana kalau kau pikirkan nyawamu saja?" tanya Damien mengingatkan kalau masih ada pistol yang ditodongkan ke pilot.
Pilot itu akhirnya menuruti perintah Damien, dia melaporkan kalau dia sudah berhasil menjemput Hex. Setelah pilot itu menutup panggilan. Dia mendengar suara Hex semakin mendekat.
"Apa aku akan mati? Katakan padaku apa aku akan mati?" tanya Hex histeris. Hex memakai baju milik Damien, tangannya diborgol, dan Starley memegangi tangan Hex yang diborgol dari belakang, dengan pistol ditodongkan ke punggung Hex.
Starley memutar bola matanya, lalu berkata, "sepertinya enak kalau aku menembakmu sekarang." Sambil menekan pistol itu ke punggung Hex.
"Jangan! Ku mohon jangan! Mamaa tolong aku." Tangis Hex dengan histeris.
Starley tidak menyangka orang yang berani membakar gedung Bell Corp adalah manusia jenis ini. Sejak tadi Hex menangis dan tidak berhenti memanggil mamanya. Starley tidak tahu apa Hex ini berakting atau memang benar-benar pengecut tingkat dewa.
Hex dan Starley menaiki helikopter. Pilot itu menghela napas berat, misi pelarian mereka gagal gara-gara Hex si bodoh.
Starley dan Hex duduk di bagian belakang, sedangkan Damien akhirnya duduk di kursi sebelah pilot sambil menodongkan pistol ke pilot. Sekarang pilot itu bisa melihat wajah lelaki yang menodongkan pistol kepadanya.
Damien Mavros.
Sial. Batin pilot itu. Dia memang sedang sial mendapatkan tugas menjemput Hex. Tidak ada yang berani mencari masalah dengan Damien, karena ketika sudah menjadi target Damien, dia bisa dikejar-kejar sampai ujung dunia. Tidak akan ada tempat aman kalau sudah menjadi target Damien Mavros.
"Ayo berangkat," perintah Damien kepada pilot itu.
Dan pilot itu hanya pilot biasa yang melakukan tugasnya, keahlian bela dirinya sangat jauh di bawah Damien. Pilot itu hanya bisa menuruti perintah Damien demi nyawanya. Helikopter mulai terbang kembali dari helipad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)
Romance#2 Mavros Series | COMPLETED! LENGKAP DI WATTPAD! Ini bukanlah kisah fairy tale yang manis. Ini kisah tentang dua orang yang pernah memiliki masa lalu bersama. Dan sekarang terpaksa bekerjasama demi kepentingan masing-masing. Starley Bell, hacker...