Chapter 52 - Their True Motives

30.7K 3.1K 221
                                    


Setelah menerima berita itu dari Josè. Mereka segera turun ke lantai dasar, dan menuju rumah sakit.

Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Josè duduk di kursi bagian depan sebelah sopir. Sedangkan Damien dan Starley duduk di kursi bagian belakang.

Starley belum mengucapkan sepatah kata pun setelah mendengar berita itu. Bahkan dia tidak begitu ingat Damien berkata apa saja. Yang Starley sadari hanyalah, setelah mereka mendengar berita itu, Damien menggenggam tangan Starley, dan belum juga melepaskannya, bahkan sampai mereka di mobil.

Ketika Starley sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba Damien menarik tangan Starley dan mengecup lembut punggung tangannya. Membuat Starley menoleh ke arah Damien. Lalu mata mereka bertemu ketika bibir Damien masih berada di punggung tangan Starley.

Kenapa Damien memperlakukannya begitu lembut seperti ini. Batin Starley dengan lirih. Dia merasa lebih emosional sekarang. Seolah dia bisa merasakan semua emosinya di perutnya sekarang.

"Everything's gonna be alright," ucap Damien mencoba menenangkan Starley dengan lembut.

Seketika Starley merasa air matanya kembali menggenang di bawah matanya. Dan benar, satu detik kemudian, air mata Starley akhirnya jatuh ke pipinya. Padahal Starley sudah sekuat tenaga menahan air mata sejak tadi.

Damien terlihat tidak kaget melihat Starley menangis. Seolah Damien sudah tahu sejak tadi kalau Starley sudah sekuat tenaga menahan tangisannya. Mata Damien melembut, tatapan Damien begitu hangat. Lalu dia menarik Starley ke pelukannya, sambil mengelus-elus belakang kepala Starley. Starley dapat merasakan kehangatan di dalam pelukan Damien.

Setelah itu Starley dapat mendengar suara rendah Damien. "Menangislah, tidak perlu ditahan-tahan lagi, sayang." Sambil merangkul tubuh Starley.

Tepat setelah kata itu, tangisan Starley pecah. Tangannya melingkari leher Damien. Dia menangis dipelukan Damien. Starley merasa emosinya bercampur aduk, dia begitu khawatir dan sedih. Bagaimana kalau kali ini dia benar-benar kehilangan ayahnya? Memikirkan hal seperti itu saja bisa membuat tangisannya lebih deras.

Damien tidak mengucapkan apa-apa lagi, dia hanya merangkul pinggang Starley dengan erat. Starley juga dapat merasakan, Damien mengecup dahi Starley sambil mengelus-elus rambut Starley untuk menenangkan Starley.

Walaupun setelah itu Damien tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi Starley merasa tenang setelah menangis di pelukan Damien. Setelah entah berapa menit, akhirnya tangisan Starley mereda. Tapi Damien masih merangkul tangan kekarnya di pinggang Starley, sehingga posisi Starley masih bersandar kepada tubuh Damien.

Walaupun tubuh Damien sekeras batu dan hanya berisi otot. Tapi Starley merasa nyaman. Dengan wangi maskulin Damien yang memenuhi indra Starley, dan sentuhan lembut Damien. Starley ingin merasakan kenyamanan ini lebih lama.

Tiba-tiba Starley mendegar dehaman Josè, lalu diikuti ucapan. "Maaf mengganggu, tapi kita sudah sampai Tuan, Miss Bell."

Starley langsung teringat mereka tidak hanya berdua di dalam mobil, wajahnya panas. Josè dan sopir Damien pasti mendengar Starley menangis. Starley akhirnya melepaskan badannya dari pelukan Damien.  Lalu menarik napasnya.

"Apa mataku merah?" Tanya Starley mencoba mengontrol kembali dirinya. Damien melihat Starley sejenak, sebelum berkata, "kau cantik."

Alis Starley terangkat. "Bukan itu pertanyaanku, Mr. Mavros," seru Starley.

"Dan itu jawabanku," ucap Damien. Alis Starley berkerut mendengar jawaban Damien. Setelah itu mereka keluar dari mobil, dan segera ke bagian UGD.

Sesampai di bagian UGD, tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencari Johnny. Karena Johnny berdiri di dekat pintu sambil sibuk menerima panggilan. Sepertinya Johnny menyadari kehadiran mereka bertiga dari sudut matanya, karena Johnny langsung menoleh ke arah Starley, Damien dan Josè.

Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang