Vote komen dan share
Semua murid-murid yang tidak menggunakan seragam olahraga maka siap-siap untuk mendapatkan hukuman. Kecuali untuk anak perempuan yang lagi mengalami kedatangan tamu bulanan.
Dien berjalan menuju Nadin dan melewati teman-temannya yang sedang bermain basket, putra putri dipisahkan sesuai gender masing-masing.
"Aku boleh minta tolong gak?" Tanya Dien kepada Nadin yang duduk dengan mengangkat satu kakinya ke atas satu kakinya yang lain, dan tangannya sedang asik memegang ponsel. Dia mendongak melihat Dien dari bawah sampai atas.
"Ogah," ucapnya, mengambil botol minum air putih yang berada di sampingnya dan pergi begitu saja meninggal Dien. Dien menghembuskan nafas lelah, dia sudah mencari-cari Nadin sampai kemana-mana tapi dia harus di tolak.
Dien duduk dan menopang dagunya dengan wajah yang murung. "Kasian banget sih dia, dikira Nadin mau duduk bareng dia. Yah, inggak lah," ucap Ceng Zui kepada teman-temannya yang tertawa remeh mengejek Dien. Mereka mengira bahwa Nadin menolak untuk duduk bersama Dien karena mereka tidak mendengar apa yang dibicarakan Dien dan Nadin
Leo melihatnya juga, "dek!" Panggilnya kepada perempuan adik kelas yang lewat. "Iya kak." Jawab adik kelas itu. "Tolong kasih ini sama dia yah!" Ujar Leo memberikan secarik kertas dan menunjuk ke arah Dien.
Adik kelas itu menerimanya dan pergi menuju Dien. "Kak!" Panggil adik kelas itu. "Hmm," guman Dien masih merasa murung dan masih belum menoleh kepada orang yang memanggilnya. "Ini ada surat untuk kakak!" Ucap gadis itu "dari kak Leo!" Lanjut gadis itu lagi memberikan surat itu.
Dien menoleh sambil memperbaiki kacamatanya yang kendor dan langsung berdiri dengan tangannya menerima surat itu. "Kalau begitu aku pergi dulu yah kak!" Adik kelas itu pergi setelah Dien mengangguk. "Makasih yah," ucap Dien dengan tersenyum.
Dien membuka surat itu. Mukanya berseri-seri melihat isinya, yaitu nama-nama anggota tim basket bahkan anggota cadangannya juga ada disana. "Aaaa, makasih Leo," teriak Dien sambil melompat-lompat karena merasa bahagia. Leo tersenyum sebagai balasannya.
Zee, Kara dan teman-temannya merasa heran, kenapa Dien bisa senang hanya karena sebuah kertas seperti itu. Pikiran mereka sudah melayang kemana-mana.
'Apa itu surat cinta?'
'Apa Leo menembakkan?'
'Leo suka sama dia?'
Banyak lainnya apalagi Della. Dia merasa kesal karena dia udah berusaha buat dekat-dekat sama Leo mulai dari kelas X dia belum pernah bisa dekat dengannya, bahkan bicara baik saja tidak pernah, tersenyum kepadanya saja tidak pernah. Dia selalu memasang wajah dinginnya, tapi Leo malah tersenyum kepada Dien, si murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEEDIEN [End]
Teen FictionHanya seorang gadis yang mampu memberikan rasa sayang dan cinta kepada pemuda yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun sebelum gadis itu muncul dalam kehidupannya.