CHAP 45. ZEEDIEN

1.7K 54 0
                                    


Dien tidak menyangka kalau pujinnya berteman baik dengan orang tuanya Kara.

"Selamat Yah Dien, kamu bisa dapat juara dalam olimpiade itu. Kamu membuat om bangga dan kamu juga sudah membuat nama sekolah saya harum," kata Ridwan menatap Dien.

"Makasih om."

"Saya bangga kepada putri kamu Rendy, dia sangat pintar dan cantik. Ini namanya calon mantu idaman," kata papahnya Elgara tersenyum membalas senyuman Rendy. Sedangkan Ridwan, dia hanya menatap tidak suka kepadanya. Rasa benci masih melekat di hati Ridwan kepada sahabat dan mantan istrinya itu.

"Jangan cuman ngobrol aja, pesan makanan!" Titah papahnya Kara yang sedari tadi medengar obrolan mereka.

"Pak aku mau cumi sama lobster kecap," kata Kara menunjukkan buku menu kepada papahnya.

"Gak usah itu Yah sayang, hargai keluarga Dermawanta tidak memakan jenis-jenis siput, jadi kamu bisa pesan yang lain saja."

Yah memang benar, keluarga Dien tidak memakan makanan berjenis siput karena itu sudah jadi pantangan bagi mereka. 

Beberapa remaja disana terkejut mendengar itu, masih ada orang percaya sama pantangan-pantangan? Heran juga lama-lama.

"Gak mau pah, aku tetap maunya itu," kekeuh Kara melipat tangan di depan dada.

"Yaudah biarkan saja dia memesan itu. Tidak apa-apa!" Kata Rendy sambil tersenyum kepada Kara. Sedangkan Dien, dia hanya menatap dingin kepada Kara. Emang yah orang yang gak punya hati gitu. Gak mau hargai orang lain.

Zee sedari tadi hanya memperhatikan Dien yang tidak pernah menoleh kepadanya. Bahkan makanannya Saja belum disentuh dimana makanan yang lainnya sudah habis setengah. Dien hanya memakan makanan yang berbau vegetarian.

Jujur hati Dien sakit saat mendengar bahwa Zee akan dijodohkan dengan Kara. Apa Zee tidak ada niatan lebih serius untuk minta maaf kepadanya? Menerima kenyataan seperti ini sangatlah sakit. Tapi Dien adalah gadis yang juga mementingkan sekolah, jadi dia tidak terlalu mementingkan itu. Walau hatinya sudah teriris sedikit demi sedikit.

Sudah hampir dua jam mereka disana dan Dien juga sudah merasa bosan. Tidak ada yang menarik dari obrolan orang tua yang ada disana.

''Pujin, Dien mu pulang aja. Mau kerjain tugas juga di rumah!'' Bisik Dien kepada papahnya yang ada di sampinya.

''Tunggu yah sayang, pujin akan Chat sekretaris pujin buat antar kamu.'' Dien hanya mengangguk sambil melihat Chat ketiga sahabatnya di wa.

Sudah limabelas menit berlalu, Dien berdiri dari kursinya dan berkata, ''sama pulang duluan yah om, tante!'' Dien menyalam semua tangan-tangan orang tua yang ada disana.

''Loh kok langsung pulang?'' Tanya papahnya Elgara.

''Itu om, em mau ngerjain tugas dulu. Besok sekolah om,'' jawab Dien dengan gelagapan dan menggarut tengkuknya yang tidak gatal.

''Kamu pulang diantar Zee aja!'' Mendengar penuturan Ridwan, Zee sudah bersiap akan berdiri. Kalian tau pastinya Zee sudah sangat bahagia.

''Sama Elgara aja!'' Elgara juga sudah berdiri setelah mendengar perkataan papahnya.

Mereka berdua sudah berdiri, Zee dan Elgara sudah saling menatap tajam. Saat ini posisi mereka sudah setengah berdiri tapi mereka kembali duduk setelah mendengar perkataan Rendy.

''Dia diantar sama sekretaris saya saja.'' Dien melihat kekecewaan tersirat di wajah Zee. Sedangkan Elgara, dia hanya tersenyum menutupi rasa malunya.

''Kalau begitu saya permisi om, tante!'' Dien menunduk sebentar sambil memegang tas mininya.

ZEEDIEN  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang