CHAP 44. ZEEDIEN

1.5K 59 0
                                    


"Gak usah lo sembunyikan lah Di, mading udah kasih tau semuanya," jawabnya enteng dan membawa Dien kedalam kelas.

Saat jam pelajaran sudah mulai, Dien terus merasa risih karena Zee selalu melihatnya. Dien tidak tahu kenapa dan dia juga tidak tahu sejak kapan Zee masuk kelas sperti ini?

Dien melihat tulisan di atas buku Zee yang diberikan kepadanya. 'Gue minta maaf'

Dia tidak memperdulikan nya lagi dan memilih untuk fokus melihat penjelasan guru di depan. Satu kali lagi, Zee menyenggol tangannya dan menyodorkan bukunya lagi.

'Maafin gue yah'

Setelah jam istirahat berbunyi, Dien langsung pergi keluar meninggalkan Zee yang sedari tadi mengganggunya. Dia juga sudah ijin kepada ketiga temannya dengan alasan mau ke kamar mandi.

Dia berjalan di koridor sambil bersenandung, entah kenapa hari ini Dien merasa bahagia. Mungkin karena dia bisa dapat juara dalam olimpiade. Bagaimana yah reaksi fujin dan mujinnya jika mengetahui hal itu? Dien tidak sabar untuk memberitahukannya.

Setelah jam sekolah selesai, Dien pulang menggunakan taxi yang dia pesan. Tidak ada hal menarik menurutnya hari ini. Sedari tadi Zee terus mengganggunya.

Dien membuka sepatunya setelah tiba di depan mansionnya dan memasuki mansionnya itu.
''Mujin, fujin!!'' Panggil Dien menatap semua isi ruangan itu.

''Kamu udah pulang sayang?'' Kata Mujin yang baru saja keluar dari dapur.

''Iya Mujin.''

''Selamat Yah sayang atas juara satunya. Mujin bangga sama kamu. Mau hadiah apa biar Mujin beli?''

''Dien gak mau apa-apa Mujin. ''

''Sayang, nanti kalian berdua siap-siap. Kita akan pergi ke acara pertemuan sama teman fujin.'' Rendy baru saja menuruni tangga satu persatu menuju istri dan anaknya.

''Kita mau kemana fujin?''

''Kita mau ke acara pertemuan sama teman papah. Kalian ikut yah!''

Dien hanya mengangguk dan menaiki tangga menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya sebentar disana. Saat matanya sudah akan tertutup dan dia akan memasuki alam mimpi, tiba-tiba suara notifikasi dari ponselnya berbunyi membuat dia harus malas berdiri dan mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya. Dia melihat pesan dari Zee

Zee : Maafin gue

Dien hanya membacanya saja, tidak ada niatan untuk membalas. Hatinya sudah terlanjur sakit karena tuduhan Zee dan teman-temannya. Tapi ini tidak akan lama karena Dien hanya butuh waktu sebentar. Dia juga mencintai Zee, jadi tidak mungkin dia bisa melupakan Zee segampang itu.

Dia juga melihat kotak pesannya dan L.D. yang selama ini terus menghiburnya. Kalau dihitung hitung, sudah banyak kata-kata mutiara yang dikirimnya untuk membuat Dien semangat. Tapi yang jadi pertanyaan siapa sih L D ini? Dien akan mencari tahunya.

"Sayang bangun nak, kita mau pergi!" Xania-mujinnya Dien menggoyang goyangkan badannya Dien yang lagi tertidur pulas. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore tapi Dien belum juga bangun setelah pulang dari sekolah tadi sampai sekarang dia tertidur. Bahkan seragam sekolahnya saja belum dia ganti.

Dien mengucek matanya. "Itu apa mujin?" Dien menunjukkan barang yang dipegang mujinnya karena belum jelas melihat apa yang dipegang Xania.

"Ini gaun untuk kamu, pakai sekarang. Kita akan pergi ke acara pertemuan sama teman fujin." Xania meletakkan gaun itu di kursi yang ada di kamar Dien.

Dien menyibakkan selimutnya dan turun dari kasur itu. Dia mengambil gaun yang diberikan Xania kedalam kamar mandi. Limabelas menit Dien bersiap-siap di dalam kamar mandi, dan sekarang dia sudah rapi.

ZEEDIEN  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang