Katanya tidak marah tapi malah lebih cuek dari sebelum Dien bertanya. Dien menghembuskan nafasnya lelah, dia pasrah akan kejadian ini. Dia berjanji tidak akan Ceroboh seperti ini lagi sampai harus membuat orang lain susah.
"Zee," Panggilnya sambil menundukkan kepala karena dia ragu harus bertanya atau tidak.
Zee menoleh mendengar panggilan Dien. "Apa," jawabnya dingin membuat Dien semakin takut untuk bertanya. Ayo kalian kasih saran, apakah Dien harus bertanya atau tidak perlu bertanya?
"Mmm, itu..aku mau nanya sesuatu...boleh?" Muka Dien sudah memelas dan matanya sudah berbinar berharap Zee mau menjawab pertanyaannya.
"Hmm."
"Kamu itu gak malu tadi gendong aku yang lagi...ehhh." Dien cengiran di akhir kalimatnya
Zee menyimpan ponselnya ke dalam saku dan berdiri mendekat ke Dien. "Gue gak malu karena itu masih wajar. Yang buat malu itu kalau perempuan tidak mengalami hal seperti itu. Gue cinta sama lo, apapun derita lo itu derita gue. Lo senang gue senang, lo sedih gue juga ikut sedih. Jadi kalau lo punya masalah lo harus kasih tau sama gue!" Tangan Zee mulai terangkat ke atas kepala Dien dan mengelusnya dengan lembut.
Mendegar itu, Dien tersenyum simpul. Beruntunglah dia yang punya pacar seperti Zee, walau berandal tapi sangat baik dan perhatian.
°°-°°
Seorang cowo langsung memegang kerah baju cowo yang lain dan melayangkan satu bogeman mentah di pipinya. Karena kurang menjaga keseimbangan, cowo yang di bogem itu langsung tepar. Belum sempat membalas, cowo itu sudah langsung dihajar lagi. Dia tidak tau apa salahnya.
Bugh
Bugh
Dien melambaikan tangannya menyapa papahnya yang akan pergi meninggalkan area sekolah. Setelah papahnya sudah pergi, Dien melangkah memasuki gerbang.
Tiba-tiba seseorang memegang tangannya dan menarik-nariknya. Muka gadis yang menarik itu sangat memerah karena telah kelelahan berlari hanya untuk mencari Dien.
Dia mendesah kecapean, "ha..ha...ha...Dien...tol...ongin...Rendah!" Ujarnya dengan muka yang insecure. Kenapa dengan dia, tiba-tiba datang dan meminta tolong kepada Dien. Dien kan bukan Tuhan yang bisa menolong orang, sebaiknya dia meminta kepada orang yang bisa benar-benar membantunya.
"Kamu kenapa?" Dien menunduk melihat gadis itu juga menunduk dengan satu tangan memegang lututnya.
"Bantuin Rendah, dia digebukin." Dia mengadu dengan muka yang memelas dan mata yang berkaca-kaca hampir menangis.
"Rendah siapa?"
"Rendah pacar gue. Bantuin dia!"
Hah?, dia meminta Dien membantunya? Mana bisa, Dien kan bukan anak yang bisa belajar diri apalagi melawan cowo yang berandal dan preman. Owh, jauh-jauh deh. Lebih baik Dien disuruh mengangkat tangan daripada membantu pacar gadis itu.
"Kok kamu minta tolong sama aku? Aku kan cewe, gak bisa bela diri."
"Dia digebukin sama Zee, cuman lo yang bisa bantu dia." Mata Dien melebar mendegar perkataan gadis itu. Kenapa Zee menghajar anak orang lain?
"Dimana?"
"Di kelas XI IPA A."
"Yaudah ayok kita kesana!" Mereka berlari terbirit-birit, takut Zee membunuh cowok itu.
Bugh
Bugh
Bugh
Zee terus menghajar cowo yang sudah berada dibawah kakinya. Muka cowo itu sudah memerah dipenuhi dengan lebam dan dari mulutnya juga sudah keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEEDIEN [End]
Teen FictionHanya seorang gadis yang mampu memberikan rasa sayang dan cinta kepada pemuda yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun sebelum gadis itu muncul dalam kehidupannya.