CHAP 33. ZEEDIEN

1.8K 62 0
                                    

SELAMAT MEMBACA
ENJOY MY STORY

"Nih!" Zee menyodorkan nya ke Dien dan diterima baik olehnya. Kelopak matanya melebar melihat isi kantongan itu. Zee membeli tiga sekaligus es krim, buat siapa coba? Siapa yang akan memakan sebanyak ini?

"Kamu makan es krim?"

Zee menggeleng. "Itu semua buat lo!" Ujarnya dan kembali duduk di sebelah Dien lalu memejamkan lagi matanya dengan kedua tangan telentang di sandaran kursi itu.

Dien memperhatikan wajah Zee yang terpejam sambil memakan es krim rasa Stroberynya dengan khidmat. "Kamu gak tau es krim kesukaan aku?"

"Tahu, gue tau lo suka ketiganya. Lo suka rasa strobery kalau siang, cokelat kalau malam dan vanilla kalau pagi," kata Zee dengan mata yang masih terpejam.

Lagi dan lagi, Dien dibuat terkejut saat mendengar perkataan Zee. Dia tau dari mana? Apa dia nanya sama mugin? Tapi mana mungkin, Zee aja gak pernah ketemu sama mugin. Mungkin dia tanya sama si Mutiara kali yah?

Setelah es krim rasa strobery sudah habis, Dien memakan rasa cokelatnya lagi karena dia masih merasa panas. Zee memegang tangan Dien dan memakan es krim yang sudah dijilat Dien.

Yang memakan Zee tapi yang merasa ingin muntah Dien. Dia ingin muntah melihat Zee memakan esnya. Dia tidak merasa jijik jika memang Zee memakannya tapi yang menjadi pertanyaan, apa Zee tidak merasa jijik?

"Itu aku udah jilat," ucap Dien dengan cengiran dan melihat es itu sudah tinggal setengah lagi.

"Gue tau, tambah manis karena lo jilat." Dien membelalak mendengar perkataan Zee. Gak salah apa? Apa Zee lagi mimpi yah?

"Kamu lagi mimpi yah?" Tanya Dien sambil memperhatikan wajah Zee dengan serius.

"Gue gak mimpi. Itu es krim mau dibiarin mencair gitu atau dimakan?" Zee melihat es yang sudah mencair mengenai tangkainya.

"Kamu mau?" Zee menggeleng. Dien akhirnya memakan es krim yang sudah kandas setengah itu. Senyum tipis terukir di bibirnya Zee.

"Kita pulang aja. Udah sore nanti dicari sama mugin." Dien berdiri sambil menarik tangan Zee yang memejamkan mata.

Zee semakin tidak mau bangun membuat Dien terus menari nya dengan kewalahan, bagaimana tidak kewalahan coba? Dien lagu memegang kantongnya tadi yang masih berisi satu es krim lagi di tambah kedua jaket mereka dan satu ponsel Zee yang dititipkan kepadanya.

Dien memasukkan ponsel Zee terlebih dahulu ke dalam tas mininya dan menggantungkan kedua jaket itu ke bahunya lalu kembali lagi menarik Zee.

"Ayo Zee, kita pulang udah sore. Nanti aku dicariin sama mugin dan dimarahi lagi karena pulangnya lama-lama."

Zee membuka matanya dan melihat Dien masih berdiri seraya memegang tangan dan memperhatikannya. Dia berdiri dan langsung memeluk bahu Dien dari kanan ke kiri. Takut hilang, soalnya nih cewenya mungil.

Dien terus mencibir Zee karena mereka sudah terjebak di tengah-tengah kemacetan. Kalau mau mundur tidak bisa lagi apalagi maju. Bisa-bisa besok gak lihat matahari lagi karena dikeroyok sama yang udah ngantri sedari tadi di kemacetan ini.

Dien berdoa keras semoga mugin dan fuginnya belum pulang dari kerja. Kalau mereka sudah pulang maka habislah malam Dien dengan ceramah panjang lebar dari mereka. Apalagi mamahnya yang mampu menceramah sampai tengah malah. Ah, jauh-jauh saja hal seperti itu.

Terakhir kalinya Dien di ceramahi yaitu saat mereka berada di Beijing, saat itu Dien pergi jalan-jalan mencari kenang-kenangan bersama teman-temannya karena mereka akan pindah ke Indonesia. Disitu Dien terus diceramahi sama mugin dan neneknya untung ada papah dan kakeknya yang mencoba-coba untuk manipulasi mereka.

ZEEDIEN  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang