Tanpa pikir panjang, Dien sudah mencium bibir Zee supaya dia langsung pergi dari kamarnya ini.
"Udah, sana!"
Zee berdiri dan mengusap kepala Dien. "Yaudah gue pergi, demen banget emang ngusir gue." Zee berjalan mendekat ke jendela dan memakai sepatunya.
"Lain kali gak usah datang lagi." Zee menoleh setelah mendegar perkataan Dien. "Maksud lo?"
Dien sebenarnya tidak mau mengusir Zee tapi karena takut Zee ketahuan sama papahnya terpaksa dia melakukan ini. "Bukan itu maksud aku, maksud aku itu kamu jangan datang lagi karena fugin udah buat kamera cctv di depan gerbang, besok diaktifkan. Jadi aku mohon kamu jangan kesini lagi yah, kita masih bisa ketemu di sekolah."
Zee langsung pergi begitu saja meninggalkan area mansion itu. Dien mendekat ke jendela dan melihat kepergian Zee. Penjelasannya kurang baik sehingga ini yang terjadi, Zee sedikit salah paham.
****
''Halo''
'Halo Zee, lo dimana?'
''Gue di jalan, kenapa?''
'Jastin di keroyok di jalan ***'
''Gue akan kesana.'' Zee buru-buru menancapkan gas motornya meleset meninggalkan jalanan itu. Dia menggeram marah karena musuh mereka sudah berkhianat setelah mereka berdamai. Pecundang, pengecut, luknak, sial.
Setibanya di markas, Zee langsung masuk dengan langkah kaki besar dan mendapati Jastin sudah terbaring di atas sofa dengan lebam di mukanya.
"Bagaimana lo bisa di gebukin?"
"Waktu itu gue pulang sendiri, tau-tau mereka udah ada di depan. Gue kagak tau kalau mereka udah benar-benar gak akan ganggu kita lagi, so gue lewat aja gak peduli sama mereka. Pemikiran gue salah, ternyata mereka masih dendam sama kita dan gue di keroyok mereka yang jumlahnya sepuluh orang."
Zee yang mendengar itu mengepal tangannya kuat sehingga memperlihatkan urat hijaunya dan giginya sudah gregetan karena saling bertautan menahan emosi. "Pengecut, kalian siap-siap, kita bakal dobrak mereka."
"Gue ikut!" Jastin hendak berdiri dan masih belum sempat dia sudah dicegah oleh Leo yang duduk di sebelahnya.
"Lo disini aja gak usah ikut, lo masih kurang kuat."
"Iya sob, lo disini aja. Cabut!" Ujar Bili menuntun jalan mereka keluar dari markas itu dan menuju markas geng Redfire.
Mereka menaiki motor sebanyak enampuluh dua karena semua anggota geng Destroy tidak ada disana sehingga hanya segitu aja yang bisa ikut. Mereka membuat jalan yang gelap menjadi ramai dan ribut.
-
"Woi Alan brengsek, keluar lo bangsat, pengecut!" Zee sudah dipenuhi dengan rasa emosinya dan seluruh badannya sudah panas karena geram dengan kelakuan anggota geng Redfire.
"Woi keluar kaliang!" Hampir semua anggota geng Destroy berteriak hanya untuk memanggil-manggil anggota musuhnya.
Prang
Zee melemparkan satu batu berukuran lumayan besar ke markas itu dan hasilnya, satu kaca bening sudah berubah bentuk menjadi serbuk - serbuk kasar seperti kristal.
Prang
Prang
Prang
Anggota lainnya juga mengikuti kelakuan Zee yang melempark kaca itu. "Pengecut, keluar lo!!!" Mereka semua berteriak dengan suara bariton yang bersatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEEDIEN [End]
Novela JuvenilHanya seorang gadis yang mampu memberikan rasa sayang dan cinta kepada pemuda yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun sebelum gadis itu muncul dalam kehidupannya.