27. Bertemu kembali? 💫

3.8K 463 177
                                    

06 Juli, beberapa bulan ke belakang....

Di malam hari.

Kalang kabut, tidak memikirkan bahwa dia sedang hamil. July tetap pokus kedepan dengan gas yang terus ia tarik, air matanya meluruh membanjiri pipi, July kembali meraung. Semakin meraung semakin July menambah kecepatan laju motornya.

TIN! TIN!

Didepan, mobil truk yang melaju tidak beraturan datang. Silaunya mobil lampu membuat July tidak bisa melihat jalanan matanya pun terhalang oleh air mata, berembun. July membelokan setir motornya hingga.....

TIIIIIIINNNNNNN!!

BTUGH!

"JULY!!!!"

Tubuhnya terhempas jauh dari motor, menggelinding dengan darah keluar dari sela sela tubuh. Hlem yang ia pakai terhempas entah kemana, sayup sayup telinganya mendengar teriakan yang meneriaki namanya.

July menyentuh perutnya, dia meneteskan air mata yang bercampur dengan darah "maafin mamah....."

Menolehkan kesamping, July terpejam "Aku kecewa mas...."

Matanya mulai tertutup, tapi samar dia mendengar suara orang orang, meski tidak jelas.

Gio, lawan July malam ini buru buru turun. Lelaki itu membuka hlem nya dengan tergesa, saking buru burunya dia membuang hlem nya kesembarangan arah.

"July!" Gio berjongkok disamping July, lelaki itu menepuk nepuk pipi temannya yang tergores dan berdarah. Gio buntu tidak bisa berpikir. Sial, kenapa saat seperti ini otaknya tidak berfungsi?

Melihat kesekitaran, sudah ramai orang. Truk terguling, tapi... Ada yang membuatnya terganjal. July yang kecelakaan, kenapa orang orang malah mengerubungi yang lain, bukan mengerubuni July yang kecelakaan?

"Sial, kenapa gue malah mikirin itu?bangsat! Otak Bolot!" Menggeleng untuk membenarkan laju otaknya, Gio langsung membopong tubuh July. Rintihan terus keluar dari bibir kecil yang perlahan lahan mulai pucat itu.

"Gio... Bawa gue..."

"Iya, Jul. Kita kerumah sakit. Kalian bakal aman!"

"S-sakit... Maafin mama...." Itu kalimat yang terakhir July ucapkan sebelum matanya tertutup rapat. Bahkan suara bising pun sudah tidak ia dengar.

Tidak peduli akan sekitaran sana, Gio membawa July pergi untuk ke rumah sakit. Motor dan segala macam milik dirinya dan July ditinggalkan begitu saja, yang terpenting sekarang keselamatan July dan sang jabang bayi.

Malam itu, tiba tiba hujan turun sangat deras tanba aba aba, langit menjadi mendung dan gelap gulita.

.....

Berbalik, tertegun, dan membeku ditempat. Reza maupun perempuan itu membeku ditempat dengan mata yang tiba tiba memanas.

"Mas..."

"July...."

.
.
.
.

"Apakah kamu mau kembali pulang kerumah?" Pertanyaan yang dipendam dari tadi tiba tiba lolos, banyaknya pertanyaan di otak Reza hanya itu yang pertama lolos.

Pandangan lurus itu digantikan menjadi pandangan menyamping, July mendongak melihat Reza, terlihat dari samping Reza berbeda. Kini, rahangnya tidaklah tegas seperti dulu, pipinya pun rasanya menjadi tirus "apakah kamu tersiksa selama aku tidak ada?" Bukannya menjawab pertanyaan, July justru memberikan pertanyaan.

Hallo, Mr. Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang