37. Raven

2.2K 320 112
                                    

....

Kedua matanya di tutup oleh kain hitam, juga tangan dan kakinya di ikat menggunakan tali. Bangun dari pingsan Reza sudah dalam keadaan seperti itu, dia meringis sakit saat menggerakkan tubuhnya. Ingin berteriak ternyata mulutnya dilakban.

Terus bergerak gerak guna tali yang mengikat tangan dan kakinya terbuka. Perlahan Reza menjilati lakbannya, sedikit demi sedikit lakban itu mulai mengelupas. Reza tidak bodoh dia punya cara bahkan seribu cara untuk membuka lakban sialan itu.

"Saya sudah menyuruh Anda mundur tiga langkah......"

DOR!

DOR!

Terkejut, kaget, Reza membelalakkan matanya. Kontan dia mundur lalu berbalik, didepannya ada satu tubuh manusia yang sudah tergeletak dengan bersimbah darah "apa yang anda lakukan?!" Melotot, mendekat, Reza bertanya.

"Saya menyelamatkan Anda, sudah saya katakan mundur tiga langkah!!"

Lelaki yang memakai masker juga topi itu keluar dari mobilnya, tubuh Reza tersapu secara tiba tiba oleh pintu mobil mengakibatkan Reza jatuh di atas aspal yang basah. Melotot, Reza menepuk kedua tangannya yang kotor. Perlahan, hujan mulai mereda tidak sederas tadi.

Reza dan orang itu sudah saling pandang berdiri tegap memandang satu sama lain. "Kurang kerjaan kamu sampai---

BUGH!

BUGH!

Jatuh tersungkur, sama sama jatuh. Lelaki bermasker beserta Reza jatuh bersama saat tiba tiba dua orang menekuk, menghantam tengkuk leher keduanya dengan balok kayu.

Suara desisan terdengar, Reza sudah berhasil membuka lakban itu. Kepalanya pening, Reza menggeleng geleng, dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya. Mencoba mengingat tapi gagal bukannya ingat malah kepalanya semakin sakit dan pusing "sssttt.... Dimana gue?" Bertanya pada dirinya sendiri, menengadah ingin melihat namun kain itu menghalanginya, berdecak "sial!!"

Bruk!

Kursi yang Reza duduki di dorong pelan tak tahu oleh siapa, Reza menjaga keseimbangan takut takut tajuh "udah bangun juga Lo!" Mengernyit saat mendengar suara itu. Suaranya, Reza sepertinya Reza pernah dengar.

"Gue orang yang semalem jegat Lo dijalan, sial! Niat nolongin malah kena!"

"Maksud Lo?!" Tak ada kata formal lagi, gak berguna disini.

Revan, orang itu Revan. Revan sahabat dari July, istri Reza. "Semalem gue niat bantuin Lo! Ada orang kurang kerjaan yang udah ngerencanain hal buruk sama Lo!!"

"Lo...."

"Gue Revan!" Kata Revan cepat.

"Tapi....." Mengingat, sontak teringat Reza mengangguk "kenapa Lo halangin jalan gue?"

"Gue halangin jalan Lo itu sengaja, kalau gue gak halangin jalan Lo, Lo udah mati!"

Berdesis, Revan mencoba membuka tali yang ada di tangannya. Revan tidak seperti Reza, di ikat, di tutup mata, juga di lakban. Revan hanya di ikat tangan dan kakinya saja.

"Kalau gue gak ngehalangin Lo waktu semalam, mungkin Lo sekarang juga udah mati tertimpa pohon besar. Orang orang keparat itu udah ngerencanain sesuatu."

"Jangan berbelit belit ngomongnya gue gak ngerti!!"

"Mereka usah siapin rencana, 5 meter dari tempat gue jegat Lo, pohon besar udah hampir tumbang. Otomatis kalau Lo lewat pohon besar itu bakal nimpa Lo!!"

Hallo, Mr. Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang