47. cinta yang bertambah

1.8K 262 33
                                    

15 tahun kemudian....

Bangunan besar bercat putih dipadukan dengan hijau itu ramai orang orang berhamburan keluar dari pintu utama. Bangunan yang sering di gunakan orang muslim untuk beribadah itu terlihat bercahaya di sorot oleh matahari siang hari. Masjid, bangunan itu dinamakan dengan masjid.

Ramai orang orang berhamburan keluar dari dalam mesjid setelah melaksanakan salat berjamaah Jum'at. Ya, ini hari Jum'at dimana hari ini dilaksanakannya shalat Jum'at yang sering di sebut jumatan, untuk umat Islam terlebih kaum laki laki.

Dua saudara kembar dengan baju yang sama, yaitu jubah putih yang berendra batik berwarna coklat keluar dari dalam masjid, di susul oleh sang ayah yang setulus hati menyayangi dan menjaganya sepenuh cinta. A dan B remaja itu, remaja dengan umur yang baru menginjak 15 tahun.

"Daddy, kak Kila nitip seblak!" Setelah memakai sendal B langsung saja berlari ke arah Daddy-nya dan mengandeng tangan Daddy-nya itu.

"B..." Peringatan Reza. Dia tersenyum tidak enak pada beberapa bapak bapak yang terkekeh-kekeh mendengar ucapan B, "um? Kenapa Daddy?" Polos, iya, B itu anak Reza yang paling polos.

Reza menggenggam tangan anaknya itu, dia tersenyum pada bapak bapak di sana, "kami permisi duluan bapak bapak, assalamualaikum..."

"Waalaikumsalamsalam warahmatullahi wabarakatuh...." Jawab bapak bapak di sana serempak.

A sudah menunggu di halaman masjid, dia tersenyum dan membalas sapaan dari orang orang yang menyapanya. Orang orang di kompleks ini memang pada ramah ramah.

"Daddy penjual seblaknya ada di depan, ituloh bik Siti..." B masih saja membicarakan soal seblak.

"Daddy kan gak bawa uang sayang."

"Ini, kak Kila udah ngasih B uangnya!" Anak kelas tiga SMP itu mengeluarkan secarik uang berwarna hijau, dua puluh ribu.

Mengangguk, "yaudah, nanti kita beli dulu."

Tiga pangeran tampan July itu berjalan beriringan. Ketiganya sama memakai jubah, dengan warna dan model yang sama, hanya ukuran yang membedakan. Reza, lelaki 44 tahun itu diapit oleh dua pangeran tampannya, "Daddy, B takut kalau pesanan kak Kila di lupain sama B sampai Sampai tadi shalat Jum'at nya B bukan baca doa malah ngapalin gini 'seblak tulang, seblak tulang, seblak tulang' gitu... Daddy. Mungkin juga orang yang di di samping B dengar."

"Emang, Abang aja sampai denger. Malu maluin!" Kata A.

Reza membelalakkan matanya sambil menggeleng kepala, "ya Allah... Gak boleh gitu B! Denger, kalau kita lagi ibadah itu harus hikmad fokus pada Tuhan bukan malah fokus sama seblak!"

"Kan B takut kak Kila marah kalau pesanannya B lupain!!"

Reza mengelus dadanya, kadang kala ke polosan B memebuat Reza selalu geleng geleng kepala. Reza bersyukur kepada Tuhan, Alhamdulillah dia hanya punya satu anak yang polos. Untung A tidak sepolos B.

"Kakak gak mungkin marah sama B, masa iya marah cuman gara gara seblak."

"Daddy gak tau aja berapa sukanya kak Kila sama seblak. Kak Kila berani minjemin barang paling berharga nya hanya karena seblak!" Kata A, dia tahu karakter kakaknya itu. Iya, kakak perempuan satu satunya itu memang sangat suka pada seblak. Kayaknya seblak adalah makanan favoritnya.

Tak terasa mereka sudah sampai di warung penjual seblak. B melangkah untuk memesan seblak pesanan kakaknya itu "bik Siti seblak tulang kayak biasa ya..." Pesan B.

Bik Siti penjual seblak itu langsung bergegas menyiapkan "seblak porsi teh Kila?" Tanyanya.

"Iya bik!" Jawab B.

Hallo, Mr. Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang