38. selesai, maafin mas.

3K 345 52
                                    

"Rez! Bangun!!"

"Keadaan bang Reza kritis bang! Kita harus bawa dia ke rumah sakit sekarang!!"

...

"SUSTER! SUSTER!"

Andra berteriak kencang dengan mata yang panas siap menumpahkan air mata. Dia dan Faiz juga Revan membopong tubuh Reza yang lemas tak bertenaga. Reza.... Sekarat.

Para suster gesit membawa brankar. Ketiga lelaki yang terlihat panik itu mengikuti brankar itu ikut membantu mendorong. Tubuh Reza sudah lemas dan pucat, dari tadi ayah dari tiga anak itu tidak membuka matanya. Tertutup rapat seperti mayat.

"Mohon maaf pak, sampai sini." Satu suster Menutup pintu masuk pada ruangan UGD. Andra menjambak rambutnya frustasi "apa kita telat nyelamatin Reza?"

"Nggak Dra, insyaallah kita nggak terlambat," Faiz menepuk bahu sahabatnya itu tiga tepukan.

Ketiga duduk menunggu, Revan melihat pada sahabat dari Reza. Meremas tangannya, Revan gugup "maafin kekakuan adek gue bang, maaf. Gue udah coba untuk menyadarkan dia, tapi... Dia keras kepala. Gue minta maaf..."

"Jangan minta maaf sama kita. Minta maaf sama Reza, dan... Kemungkinan keluarga Reza akan membawa kasus ini ke jalur hukum."

"Pasti, pasti gue akan minta maaf sama bang Reza, sama keluarganya. Kesalahan Raven fatal, gue ikhlas kalau semua ini di bawa ke jalur hukum."

Terdiam, hening. Hingga suara decitan pintu terdengar. Dokter keluar "bagaimana keadaan sahabat saya dok?" Andra berdiri dan bertanya.

"Keadaan pasien cukup parah. Luka di mana mana. Dan.... Peluru yang ada di dadanya menembus kedalam. Untuk mengeluarkan peluru itu perlu Operasi. Dan... Saya harus menyampaikan ini, pasien mengalami gegar otak, pasien mengalami pendarahan di dalam."

Berhenti bernafas, Andra menunduk "jalan satu satunya adalah oeprasi. Kami membutuhkan persetujuan dari keluarganya."

Keluarga? Andra baru ingat belum memberi tahu July "lakukan yang terbaik pak, operasi, lakukan operasi nya. Selamatkan sahabat saya."

"Ndra...."

"Ini demi Reza Iz!"

"Baiklah, tandatangani surat surat persetujuan nya."

.
.
.

"Datang ke rumah sakit mawar satu, Reza selamat. Dia sedang di rawat disini."

Tanpa berpikir panjang, July dan keluarganya langsung meluncur ke rumah sakit yang di beritahu Faiz lewat telepon. Sampai di rumah sakit, July langsung di beri kabar menyakitkan, bahwa, suaminya harus menjalani operasi. Andra meminta maaf karena tidak meminta persetujuan. Namun, July menggeleng dan malah berterima kasih pada Andra, Faiz dan Revan.

July tidak apa Andra tidak meminta izin terlebih dahulu. Yang terpenting kesehatan Reza, lebih cepat lebih baik.

Tertuduk lemas, July terus bergumam merapalkan doa untuk kesembuhan dan kelancaran dalam operasi yang di jalani suaminya. Tak henti henti july menangis.

Ceklek

Pintu ruangan operasi terbuka, July yang asalnya menunduk langsung berdiri menghampiri dokter yang keluar "bagiamana keadaan suami saya dok? Apakah dia baik baik aja? Gimana dok?"

"Dok, apakah operasinya berjalan lancar?"

Dokter itu menghela nafasnya, melihat pada semua anggota keluarga pasien. Dia memberikan senyum tipis pada July "pasien ingin bertemu dengan istrinya."

Mendengar itu, tanpa pikir panjang July langsung masuk kedalam. Dia mendadak bergemetar dengan air mata yang terus keluar. Membekap mulutnya July menggeleng.

Hallo, Mr. Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang