36. 10 bulan

2.5K 314 59
                                    

Sepuluh bulan kemudian....

Tak terasa kini umur baby A dan baby B sudah 10 bulan. Untuk orang orang yang melihat serta memerhatikan pasti berpikir itu sangatlah singkat dan tidak terasa, tapi, tidak dengan yang mengurusnya. Menurutnya itu sangat lama, meski lama tapi di jalankan dengan senang, ikhlas dan bahagia itu akan terasa cepat.

Berarti menurut pendapat orang dan menurut orang yang mengurusnya sama saja? Iyakan? Natahlah bingung. [Pernah denger kata orang orang]

Malam ini, suasananya sangat mencekam. July tidak bisa tidur dia menghawatirkan suaminya yang sampai sekarang belum pulang padahal jam sudah menunjukan pukul sebelas. Malam ini di luar hujan deras, July merasa gelisah dengan keadaan suaminya. Ponsel terus dia genggam sesekali melihatnya hanya sekedar mengecek adakah notifikasi dari suaminya.

Matanya yang gelisah melirik pada tempat tidur, di sana ada tiga malaikat nya, pujaan hatinya yang sedang tertidur lelap dengan nyaman. Babay A dan B juga syakila.

"Mas, kamu bikin aku khawatir...." Bergumam, July mondar mandir tidak tenang. Dia mengintip pada jendela kamarnya, melihat pada halaman rumahnya. Masih belum ada kendaraan yang masuk "mas...."

Menggigit ibu jarinya, July duduk di sofa. Matanya terus bergulir gelisah "hati aku gak tenang, apa yang terjadi sama kamu mas?"

Menghela nafasnya, July mencoba menelpon lagi suaminya. Tetap, tidak tersambung hanya suara operator yang menjawab. "Ya Allah, jagalah suamiku di manapun dia berada."

Reza bilang tadi pas sore, katanya lelaki itu akan bertemu klien nya malam ini. Reza tadi sudah izin. Klien nya entah kenapa meminta untuk bertemu pada malam hari di restoran. Awal mula July tidak mengijinkan, July sudah merasa resah dan dia memiliki pirasat yang tidak tida, Reza keukeh, katanya ini pertemuan dengan klien yang akan membahas soal pekerjaan yang baru. Soal kerja sama yang baru. Dengan berat hati July mengijinkan yang terpenting harus pulang kurang dari jam sepuluh. Reza mengiyakan tapi kenapa sampai sekarang belum pulang?

"Tau gini aku gak bakal ngasih izin mas, aku khawatir, kamu ngeyel!"

Oek....oek...

Berjalan mendekati anaknya, July merangkak naik keatas kasur hari hati. Baby A menangis, July menepuk nepuk pantat anaknya. Mengusap punggung kecil anaknya itu supaya tangisannya mereda. Bukannya mereda tangisan baby A malah semakin kencang "sayang, aus hem?"

Membuka 3 kancing gaun tidurnya, July memberi ASI pada anaknya itu. Baby A sesegukam kecil dan mulai meminum ASI nya. Dengan perasaan gelisah tak tertentu July mengelus kepala anaknya. Mendekap baby A erat "bubu rasa terjadi sesuatu sama Daddy kamu..."

Sambil memberi anaknya ASI, July memeriksa kembali ponselnya. Mencoba berpikir positif, July bingung haruskah dia bertanya pada sahabat sahabat suaminya? Tapi.... Ini sudah sangat malam, July takut mengganggu, pasti mereka juga sudah pada tidur.

"Gimana ya? Ganggu gak?" Bingung, July di selimuti dengan rasa bingung juga gelisah, yang mendominasi itu gelisah jadi July memberanikan diri menelpon teman teman Reza.

Yang pertama dia telpon adalah Faiz, July tidak berani menelpon Faiz langsung jadinya dia menelpon Hana terlebih dahulu, istrinya Faiz.

"Hallo kak Hana, gimana kata kak Faiz?"

"Mas Faiz gak tau katanya July, pertemuan tadi emang mas Faiz juga ikut. Mas Faiz langsung pulang begitupun Reza sama Andra."

"Jadi, kak Andra juga ikut pertemuannya?"

"Iya...."

"Yaudah kalau gitu makasih kak, maaf mengganggu."

"Gapapa, sama sama. Jangan terlalu di pikirin, mungkin Reza terjebak macet."

Hallo, Mr. Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang