42. Reza cemburu

2.4K 321 14
                                    

"Mau peluk?" Tawar July.

Revan menggeleng dengan terkekeh juga air mata yang mengalir "nggak, takut suami Lo ngamuk!"

"Gapapa, gue tau, Lo butuh pelukan, butuh semangat!" July membawa Revan pelukannya. Memeluk Revan menepuk nepuk punggung Revan beberapa kali "gue tahu, Lo, kuat."

Revan mengangguk semakin menangis, dia membalas pelukan July "makasih."

Keduanya mengurai pelukan, Revan mengusap air matanya dan July setia mengelus bahu Revan menenangkan. Sahabatnya itu kuat, July tahu. "Lo baik Rev, dulu Lo selalu bantu gue dalam keuangan, selalu bantu gue cari uang. Meski dengan cara balapan," July terkekeh, dia menatap Revan "dan sekarang, giliran gue yang bantu lo."

"Gue memperkerjakan Lo sebagai tangan kanan gue, pengelolaan cabang kantor mas Reza yang di kasih ke gue sebagai mahar."

Terkejut, Revan membelalakkan matanya. Tersentak mendengar penuturan July "J-Jul, Lo... Serius?"

July mengangguk mantap "serius, gue memperkerjakan Lo dan Gio. Lo sebagai tangan kanan gue, dan Gio sebagai sekertaris Lo. Gitu aja."

"Jul, Lo gak takut?" Revan masih belum percaya. Seenteng itu July berbicara dan memberi pekerjaan padanya?

July menaikan sebelah alisnya "takut, takut apa?"

"Gue anak dari ayah yang korupsi di kantor suami Lo, Lo ga takut? Gue anaknya Jul."

July terkekeh dan tertawa, dia memukul Revan dengan beruntal. Biasakan kalau cewek ketawa pasti sambil mukul, "hahahaha... Van, Van, itu bokap Lo bukan Lo! Bokap Lo gitu bukan berarti Lo gitu juga kan?"

"Bokap Lo, ya, bokap Lo. Lo, ya, Lo."

"Gue percaya, meski Lo satu darah sama pak Joko, tapi Lo baik, gak kaya dia." July tersenyum "gue percaya, dan gue mau... Lo pegang kepercayaan gue."

Revan terharu, dia mengucap syukur dalam hati. July baik, sahabatnya itu baik. Revan berjanji akan selalu menjaga July, dia banyak sekali hutang Budi pada sahabatnya itu "gue, janji, bakal pegang kepercayaan dari Lo. Makasih Jul, makasih atas semuanya."

"Iya, sama sama."

"Boleh peluk Lo lagi kan?"

Juju tertawa dan mengangguk, dia merentangkan tangannya. Revan menghambur memeluk July, dia pelukannya dia bergumam terimakasih sebanyak-banyaknya. Dia juga nanti akan meminta maaf dan  berterima kasih pada Reza.

"Semangat Revan, Lo kuat, Lo pasti bisa menghadapi ini semua."

.....

"Mas, makan dulu ayok, kamu dari pulang kantor belum makan," July setia membujuk suaminya itu. Dari tadi, Reza hanya diam di ruang tv dengan cemberut.

Reza tidak menjawab, dia terdiam, membungkam mulutnya.

Sudah satu jam Reza pulang dari kantor, tidak biasanya lelaki itu pulang jam tiga sore, biasanya lelaki itu selalu pulang jam empat atau jam lima sore tidak pernah jam tiga. Ntah apa yang membuat Reza pulang di jam yang bukan waktunya.

July menghela nafas, dia menyimpan piring makanan suaminya. Duduk di samping Reza, July menyerong menghadap suaminya yang cemberut itu. Mengelus Surai lembutnya, July bertanya "kenapa, Hem? Ada masalah dia kantor?"

Reza menggeleng.

"Terus?"

"Gapapa,"

"Kamu marah sama aku?"

Kalau kaya gini Reza berarti marah padanya, karena marahnya leleki itu diam. Tidak bersuara, diam membisu dengan wajah jutek juga cemberut. Marahnya Reza itu bikin orang pusing, tidak bisa di mengerti.

Hallo, Mr. Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang