[Warning, bocil jangan baca. 21++ dosa tanggung sendiri]
"NGGAK!!"
"Nggak mau hiks!" July berteriak kencang dengan mencengkeram kepalanya kala pikirannya terus memikirkan ketika dia di tinggalkan Reza. Kala dimana dia akan hidup sendiri tanpa suaminya, dimana ketika dia tidak lagi merasakan pelukan dan ciuman hangat suaminya.
Tidak, July tidak mau.
July menatap kosong kearah depan, dia terdiam dengan beribu pikiran di otak.
"Sayang, kenapa? Hey," tatapan yang kosong itu teralih pada seseorang yang tersenyum kecil di atas brankar, dari matanya terlihat khawatir. July tersenyum dan langsung menghampirinya. Memeluk tubuh itu dengan suara sesegukan mulai terdengar, July menangis. "nggak, jangan, aku takut. Jangan tinggalin aku mas...."
Reza mengernyit, dia mengelus rambut istrinya lembut "kenapa Hem? Kok bangun bangun langsung ngelamun terus teriak gitu? Mikirin apa sayang?"
"Mimpi buruk?" July menggeleng, tidak menjawab. Sesegukan, July menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Reza. July takut, dia khawatir. Reza setia mengelus kepala istrinya, Reza selamat, dia sudah lumayan membaik sekarang meski banyak bekas luka di tubuhnya.
Kejadian lima hari kebelakang sudah selesai, Reza sudah di obati dan beberapa persen lagi sembuh, Raven, sudah di amankan polisi dan mendekam di penjara. Keluarga Raven meminta maaf sebesar-besarnya pada Reza atas kejadian ini, mereka semua tidak tahu rencana Raven, hanya Raven yang tahu.
"Udah, jangan nangis sayang."
"Aku, takut...."
"Takut? Kenapa?"
July mendongak, dia menyimpan kepala di dada Reza. Menggenggam tangan Reza lembut "mimpi itu terus aja datang mas, mimpi di mana ketika kamu ninggalin aku, aku takut, takut kamu pergi ninggalin aku sama anak-anak."
"Sstttt, aku masih disini. Aku ada disini."
Memandang sendu suaminya, July mencium dagu Reza lembut "janji jangan tinggalin aku sama anak anak."
"Janji, sayang."
.....
Reza sudah sembuh, dia sudah pulang ke rumah. Sekarang, lelaki itu sedang merengek bergelayut di lengan July tidak mengindahkan tatapan ketiga anaknya yang sedang bermain di lantai beralas karpet berbulu. Reza tidak peduli, lelaki itu terus merengek dan bergelayut layaknya seorang kera yang bergelayut pada ibunya.
July, lagi lagi menghela nafas. Dia menyingkirkan tangan Reza namun belum beberapa detik tangannya sudah di tempelan lagi "mas, nanti, sekarang ada anak anak!"
"Ish, sekarang!"
"Nanti!"
"Aaaaa... Sekarang!"
"Mas!" July memberikan pelototan kecil, Reza menggeleng dengan cemberut "gak tau kenapa aku pengen nenen yang...." Reza merengek menggoyangkan lengen July.
"Iya, ntar."
"Sekarang!"
"Ada anak anak, entar, di kamar." July mengelus rambut suaminya, tersenyum. Reza mendusel, dia tiduran di paha July.
Baby B mengayunkan tangannya kearah July isyarat minta di gendong, karena mengerti July mengambilnya dan menyimpan baby B di paha membuat Reza mendengus lalu menyingkir, anak itu bergumam dan meraba dada July yang membusung terhalang kain baju.
"Heh! Ngapain grepe grepe gitu ke bubu? Gak sopan!" Menyentil tangan mungil itu pelan, Reza menggelengkan kepala "no, baby! No!"
Baby B melihat polos pada Reza, anak itu mengerjap dan langsung mengerucutkan bibirnya menyembunyikan wajah memerahnya pada belahan dada July "bubu.. uuuu... "Gumamnya, tubuhnya mulai bergetar mungkin takut pada Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mr. Husband [Selesai]
Random[spin off 'menikah dengan CEO?' cerita sahabatnya Aya!] .... "Will you marry me?" Terdiam kaku dengan mulut menganga, ungkapan tadi membuat dirinya terkejut bukan main. Lelaki didepannya melamarnya? Sang duda melamarnya? "E-egh....." "Saya tidak men...