Cakra, Seorang pria berpemikiran dewasa dan Romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mau ingetin aja nih, kalau vote dan komentar dari kamu-kamu itu berharga banget loh buat aku🙏, jadi jangan lupa tinggalin jejak yah😘 thanks🥰
Ooo
Gue tersenyum memandang lembaran lukisan gaun pengantin yang di lukis Tanya, sohib gue anak jurusan seni yang kerja sambilannya lukis desain apapun sesuai pesanan kastemer, yah kecuali desain mesin sama bangunan. Di luar kemampuan soalnya.
"Ada yang lo suka? Ambil aja satu biar gampang entar pas mau bikin gaun nikahan." Gue tersenyum kecut. Udah telat Tan...
"Ga Ah, lo bikin buat di jual masa gue curi. Ga perlu. Ntar gue kalo mau kawin beli jadi aja. Pake karung beras kayaknya lebih gampang, inovasi ramah lingkungan nan low budget." Tanya mengakak.
"Ya deh serah lu. Eh btw, Mel. Kelas udah sepi nih. Mau di pake anak Ekonomi loh abis ini, lo mau pindah jurusan? Betah amat disini perasaan." Gue menghela nafas lelah dan menjatuhkan kepala bertumpu tangan di atas meja. Ingin bisu sejenak.
Gue sampai bisa ngungsi di kelas perkuliahan umum ini usai kelas siang gue yang mendadak libur, sedangkan Tanya cuma ada kelas pagi dan tersesat di sini hanya buat nemenin gue. Dan di sinilah kami beserta kelunglaian yang hakiki saling melengkapi.
Gue terus mengela nafas sambil menerawang semesta tanpa bisa berkeluh kesah, bahkan sama sahabat gue sendiri.
Ah sebenarnya ada banyak uneg-uneg yang ingin gue keluarin tapi ga bisa sebab gue ingin pernikahan gue dan Jovan ini terkubur selamanya dari semua orang yang gue kenal di Jakarta, sebab sekampus ini pun sudah tahu jika gue pacarnya Cakra Alumni fakultas gue yang bekennya ampe penjuru kampus bahkan hingga saat ini, sebab Status sosial Cakra yang cukup ternama sebagai anak seorang konglomerat.
Kembali pada kegalauan gue, di hari tragedi itu terjadi. Mau di tilik gimana pun. Gue ga inget apapun. Tapi meski begitu rasanya amat ga mungkin gue bertemu bang Jovan bahkan sampai bisa berakhir tragis seperti itu? Like How?!
Seperti logika di sana sini tuh tidak masuk akal tapi di paksa masuk akal.
Gue akui sempat melihat bang Jovan malam itu ada di pesta Bang Diyo emang, tapi sumpah kami ga bertegur sapa sama sekali, gue terus berada di di dekat teh Arin, istri bang Diyo sebagai dayang-dayang pengantin. Dan gue hanya melihat Jovan sebentar muncul saat sesi foto bersama kedua mempelai dengan teman-teman bang Diyo. Setelahya gue ga menotice batang hidung Jovan lagi bahkan sejak awal gue ga peduli mau dia ada atau enggak.
Selajutnya adalah fakta gue Bisa-bisanya mabuk? Please yah... Amer dari mana? Lantas sebenarnya apa yang terjadi malam itu? kenapa gue merasa di jebak? oleh Jovan?
Keluarga kami emang punya sejarah hendak menjodohkan anak memang, Tapi gagal.
Yaitu Bang Diyo dan Teh Raina, kakak Bang Jovan yang awalnya di gadang-gadang akan kepelaminan. Namun nyatanya Teh Raina menolak demi karir dan Bang Diyo terlanjur sudah punya pacar, yaitu teman seangkatan ketika mengenyam pendidikan di IPB, yaitu teh Arin yang jadi istrinya sekarang.
