🥤60. Puzzle yang Hilang

32 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam menunjuk pukul tujuh pagi, Imel menyibukan diri di dapur setelah memeriksa bahan yang tersedia di kulkas. Hari ini ia putuskan akan membuat nasi goreng spesial sebagai sarapan pagi.

Ia masih mencuci selada sebagai pelengkap sajian saat sepasang tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya.

Terkejut tentu saja, namun anehnya Imel tak ingin mempermasalahkan itu lebih jauh, padahal jelas-jelas ia tahu siapa pria yang tengah memeluknya. Bahkan saat kepala Jovan bersandar di pundaknya, Imel masih melanjutkan acara mencucinya.

"Lo... Kenapa ih bang. Dateng-dateng sok mesrah gini. Horor tau ga?"

"..."

Biarpun diabaikan gitu, Imel tak marah masih melanjutkan aktifitasnya.

"Entah ini Mimpi atau kenyataan... aku senang kamu ada di sini, Mel."

Dan Jantung Imel berdetak seperti bom waktu yang hampir meledak.

"Lo... Ngomong ngawur, kelakuan ngawur... Ada maunya kan lo? "

Pria itu menggeleng. "Enggak, selain berharap waktu melambat lebih lama... Berhari-hari tanpa kehadiran kamu dirumah ini sangat sepi, Mel. Aku merasa bersalah sepanjang waktu... Aku ga tau bagaiman cara untuk menebus semua kesalahan itu?"

Imel terdiam... Memahami arah pembicaraan Jovan Imel teringat pertemuan terakhir mereka sebelum ia kabur.

Mengingat kejadian menyakitkan itu Imel otomatis teringat rasa takut, amarah dan kesedihan yang ia lalui pada malam itu, Imel melepas tangan Jovan yang melingkar di perutnya. Lalu berbalik memandang Jovan.

"Kita bahas nanti yah... Ada banyak hal yang ingin gue bicarakan dengan lo."










Imel Pov

Setelah nasi goreng buatan gue jadi Kami pun memulai acara sarapan pagi yang bertema langka, keakuran.

"Oh ya, bang. Boneka dikamar buat gue yah. Nanti gue beliin baru deh buat Tanya, yang persis sama."

Entah mengapa Jovan tiba-tiba berhenti menyendok mekanannnya dan malah memandang gue seolah terkejut dengan kalimat yang baru terucap. "Kenapa kamu pikir harus mengganti boneka itu ke Tanya, Mel?"

"Yah, itu Boneka yang lo beli buat Tanya 'kan? Tapi seinget gue lo udah beli cukup lama yah? Kenapa belum lo kasih ke Tanya, bang? Nunggu... hari spesial yah?"

Gue lihat Jovan tersenyum tipis lalu kembali memulai suapan nasinya seraya menggeleng.

Ih gaje, bukannya buruan menjawab pertanyaan gue!

"Enggak, Mel. Boneka itu bukan buat Tanya. Sejak awal memang dia punya kamu."

"Hah? Gimana? Lo... Beli boneka itu memang  buat gue? Kenapa?"

Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang