"Enggak... Gue. Sebenernya gue masih takut sama hujan di luar... Gue, ga mau tidur sendirian. Temenin gue yah... Please buat malam ini aja... Tidur sama gue."
Logika aja, siapa cewek yang tega lihat pria yang baru nyelamatin dia dari maut tidur di matras tipis disaat keadaannya jauh dari kondisi baik. Sedangkan si cewek ga tau terimakasih ini akan tidur dikasur milik pria itu yang lebar dan hangat?
Jovan sesaat terdiam memandang gue lalu mengulas senyum menenangkan seraya mengangguk, lalu ia berjalan tertatih ke arah kasur untuk tidur. Gue pun mengikutinya dan berbaring disisi kanan. Meski jujur Untuk sesaat gue merasa gila...
Bisa-bisanya setelah malam laknat yang tak terlupa bersama Jovan dikamarnya dulu, tak di duga kami bisa kembali seranjang bahkan kali ini disebabkan keinginan gue sendiri? Kurang Gila apa coba?
Namun melihat Jovan dengan mudahnya mengabulkan permintaan gue kian menambah keheranan, mengapa hari ini ia begitu bodoh, kemarin tiba-tiba marah-marah ga jelas, lalu tiba-tiba nekat mempertaruhkan jiwa raga untuk menolong gue dan sekarang ia menjadi anak penurut.
Atau mungkin karena sedang sakit jadi ia malas beragumen dan akhirnya bertengkar lagi?
Dengan hati-hati Jovan membaringkan tubuhnya sambil meringis kesakitan saat luka-luka baru yang hanya dioles antibiotik itu menggeroti sampai akhirnya ia menemukan posisi nyaman. Gue pun merasa sangat canggung sekaligus bingung harus berbuat apa untuk membantunya alhasil gue mulai membaringkan tubuh disebelahnya dan menyelimuti tubuh gue dengan selimut lalu memunggunginya.
Mencoba terlelap. Namun kesadaran gue tak kunjung mau pudar, yah gue hanya berpura-pura tidur, sampai Jovan terasa tenang barulah gue turun dari ranjang hendak keluar untuk mencari cara membunuh waktu. Saat itulah gue lihat jika Jovan ternyata tidur dengan posisi setengah terduduk menimpa dua bantal tidur agar pundaknya yang luka tak terlalu terhimpit di tambah satu tangannya terbungkus gibs buat Jovan tak bisa tidur tengkurab.
Duh...
Gue mendekati sisi Jovan yang terlelap dan lamat-lamat memerhatikan wajah mulusnya yang kini terukir beberapa goresan luka bahkan dibungkus kasa. Memandangnya terlarut dalam ketenangan membawa gue kembali terjebak dalam kenangan sehari kebelakang.
Pertengkaran rumah tangga penuh keegoisan yang memuakan... Lalu seketika tuhan hendak memusnahkan gue dari garis kehidupan. Segala hal tak terduga terjadi begitu cepat dan dalam Kecelakaan itu, pria ini menyelamatkan gue dengan taruhan nyawanya, bahkan setelah luka sebanyak ini pun dia masih peduli?
Gue merapikan selimut diatas tubuh Jovan Lalu kembali menatap wajahnya dan mengusap lembut pipi kanan Jovan yang tak terluka.
"Sorry yah bang... Gara-gara gue lo jadi begini." tiba-tiba gue teringat moment saat Jovan menghalau hujan dari wajah gue sesaat setelah kecelakaan itu terjadi lalu berakhir dengan Jovan yang pingsan setelah mencium gue begitu lembut seolah tak ingin gue terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blue Sky : JOVAN
RomansCakra, Seorang pria berpemikiran dewasa dan Romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan...