Imel dan Jovan putuskan untuk pulang saat itu juga, memang terlihat langit mulai mendung, namun tiada yang duga hujan deras akan tiba-tiba turun ketika mereka sedang berada di tengah perjalanan mengendarai motor matic putih andalan Imel
Meskipun hujan membasahi keduanya, Imel dan Jovan malah saling bercanda sepanjang jalan. Imel yang duduk di belakang, tertawa dan berkata bahwa mereka berdua sudah basah kuyup, jadi tidak ada gunanya lagi mencoba menghindari hujan dengan berkendara buru-buru untuk sampai ke rumah.
"Chill aja, bang. Yang penting selamet sampai rumah! " Ujarnya dengan sedikit berteriak takut Jovan tak mendengarnya.
Di tengah tawa dan candaan mereka, Imel bercerita tentang betapa indahnya curug yang mereka kunjungi, dan bagaimana perjalanan mereka menjadi lebih berkesan dengan hujan ini. Jovan merespons dengan lelucon tentang bagaimana mereka akan terlihat seperti tikus basah saat tiba di rumah, membuat Imel tertawa lebih keras.
Keduanya menikmati momen itu, baru menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti berkendara di tengah hujan dan berbagi tawa. Meskipun basah dan kedinginan, hati mereka hangat dengan kebersamaan dan kenangan indah yang baru saja mereka ciptakan.
Bahkan jujur, Sempat Jovan lupa ia masih memiliki phobia pada suatu yang di sebut Hujan. Dan meski kini ia telah ingat ketakutan terbesarnya itu, tawa dan suara Imel yang terus mengalihkan fokusnya sangatlah berarti. Hingga tak terasa mereka tiba di rumah setelah perjalanan yang penuh tawa ditengah hujan deras itu terabadikan dengan baik dalam benak masing-masing.
Begitu masuk ke dalam rumah, Imel dan Jovan segera disambut oleh kehangatan yang kontras dari dinginnya udara di luar.
Baju mereka basah kuyup, dengan air yang menetes dari rambut hingga ujung sepatu buat Jovan segera melepas jaket denimnya yang berat karena air, menggenggamnya didepan dada dan berjalan sedikit menjinjit takut menggenangkan banyak air di lantai yang akan membuat mamanya marah, Imel sambil tertawa kecil, mengikuti jejak Jovan dibelakangnya menuju pintu kamar mereka.
"Lihat kita, kayak anak kecil yang pulang main hujan tapi takut dimarahi mama," kata Imel sambil tersenyum lebar.
"Ya, tapi ini menyenangkan, bukan?" balas Jovan sambil menggoyangkan rambutnya yang basah sampai buat Imel berlagak menghindar, pura-pura. Toh mau terciprat atau tidak sekujur tubuhnya sudah kuyup.
Didalam kamar, Imel mengambil handuk hendak langsung masuk ke kamar mandi, sebelum ia menoleh sejenak pada Jovan.
"Eum... Aku mandi duluan! kamu boleh tunggu atau ngalah pakai kamar mandi lain yah? Haha"
Jovan mengangguk santai, melepaskan jam tangan dan handponnya yang basah ke nakas.
Imel menghembuskan nafas lega, melangkah masuk ke kamar mandi dengan santai namun ia kebingungan saat pintu itu terhalang sesuatu begitu hendak ditutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blue Sky : JOVAN
RomanceCakra, Seorang pria berpemikiran dewasa dan Romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan...