🥤8. Revenge

181 49 0
                                    

"Aku bisa acuh sama hal apapun di dunia selain menyangkut kamu dan pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bisa acuh sama hal apapun di dunia selain menyangkut kamu dan pria itu. Aku udah janji sama ibu kamu buat selalu jagain kamu Mel... Ngertiin aku."




Ooo







Mata gue sayub-sayub terbuka, cahaya yang terlalu terang memenuhi ruangan adalah hal pertama yang menyambut. Butuh waktu menyesuaikan pandangan. Dan seseorang memekik kencang.

"Mel! Akhirnya lo sadar Mel!" suara familiar menyambut kembalinya gue ke dunia fana. Tanya, sahabat yang paling setia membantu gue bangkit dari ranjang pesakitan.


"Dimana gue?"

"Di akhirat! UKS lah! Lo pingsan pas Rapat BEM tadi, pinter banget milih tempat yang lagi rame orang. Noh, berapa angkatan Heboh tau gegara lo pinsan. Bikin iri aja..."

Gue mengernyit pada pilihan kalimat terakhir yang Tanya ucap, reflek seulas senyum terbit di bibir pucat gue.

"Ya mana gue bisa milih tempat Pingsan Somplak!" jawab gue menimpali.

"Dari omonganya kayaknya lo da sehat ni..." Tanya perhatian menyentuh kening dan leher gue.

"Iya, uda rada mendingan. Masih lemes doang. Minta minum dong, Tan..."

"Eh iya, lalai gue jagain orang sakit. Lo kenapa sih bisa sampe sakit gini?" Dan bla bla bla



Merasa masih pusing mencerna semua ucapan Tanya, gue memijat-mijat kening sembari bertanya."Lo ga ada kelas apa Tan? Kok stay disini?"

"Da kelar kali sekarang, tadi gue langsung kabur dari kelas begitu di kabarin pacar gue kalau lo pinsan."

"Pacar lo? Bang Jovan?" tebak gue enggan.

"Iya, dia yang gendong lo sampe sini! Kudu banyak-banyak makasih elo sama dia, yah sepaket sama gue juga hehe..." Tanya terus berceloteh sembari menata makanan yang ia bawa kedalam piring yang baru ia pinjam dari penjaga UKS.

"Kata bebeb Jovan lo malnutrisi jadi gue di suruh siapin makanan kalau lo bangun. Nah pilih, mau makan bubur, jus buah, atau martabak setidaknya pilih satuuuuu aja."

"Kok Jovan yang nyuruh elo. Dokter UKS nya mana? Gue mau minta obat ringan aja."

"Lo ga tau nyet? Jovan juga Dokter di sini... Yah assisten dokter sih lebih tepatnya."

"Oh... Baru tahu."

Membicarakan Jovan membuat gue semakin enggan, enggan makan, enggan bicara, enggan melakukan apa-apa.

Jika kalian pikir hubungan gue dan Jovan sudah membaik sejak kepergian kami ke kampung itu salah. Tak ada yang berubah dari Perang dingin kami, bahkan lima hari terakhir gue sama sekali ga pernah melihat Jovan di apartemen.

Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang