13. Kematian Ibu Cecil

11.1K 523 1
                                    

Malam kini semakin larut. Entah kenapa, perasaan Cecil mendadak tidak tenang. Seperti ada dorongan keras yang menuntunnya untuk pergi ke rumah sakit, Cecil pun menuruti kata hatinya. Dengan gelisah, Cecil meminta agar Devan segera mengantarnya ke rumah sakit.

"Mas Devan," panggil Cecil lirih.

Devan yang fokus menyetir, sekilas menoleh pada gadis itu. Atensinya beralih, kala melihat perubahan raut di wajah Cecil.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

Tanpa beralih pandangan, Cecil berujar, "Malam ini aku mau ke rumah sakit, saja. Tolong antar ke sana."

Devan mengangkat bahunya, ia terlihat acuh tak acuh. "Terserah kamu saja."

Dalam perjalanan, tiba-tiba seekor kucing berwarna hitam legam disertai warna mata yang menyala melintas begitu saja. Cecil berteriak kala mobil Devan hampir menabraknya.

"Awas!!!" teriak Cecil panik.

Refleks, kaki Devan bergerak menginjak rem. Suara decitan mobil sampai terdengar cukup keras.

Cecil memegang jantungnya yang bertalu, ia bernapas lega saat kucing berhasil lewat. Tapi perasaannya menjadi semakin tak karuhan. Gadis itu teringat akan mitos yang beredar, jika seseorang menabrak kucing, maka akan ada bahaya yang mengintai atau sesuatu yang buruk akan menimpanya.

Dengan cepat, Cecil segera membuang jauh-jauh pikiran negatifnya itu. Ia lalu beralih menatap Devan yang terlihat masih shock.

"Mas Devan gak papa?" tanya Cecil khawatir.

Devan menoleh, ia tersenyum tipis lalu berujar datar. "Gak papa."

Devan melanjutkan kembali perjalanannya. Kakinya terulur menginjak gas dengan fokus yang semakin tinggi.

Sesampainya di rumah sakit, Cecil mulai bernapas lega. Syukurlah, ibunya baik-baik saja. Apa yang dikhawatirkannya tadi, tidak terbukti benar. Cecil pun duduk di samping ibunya, tidak peduli dengan Devano yang tetap berdiri di seberang.

Tanpa diduga sebelumnya, tubuh Nira mengejang hebat. "Mas, ibu kenapa?"

Devan yang tidak paham, hanya menggeleng tanpa suara.

Cecil yang panik langsung bergegas memanggil dokter. Ia berlari keluar dengan perasaan kacau. "Aku titip Ibu," pesannya pada Devan.

Devan yang tidak tahu mesti berbuat apa, ia pun mengangguk dan membiarkan punggung gadis itu menghilang di balik pintu.

Tak lama, Cecil kembali bersama pria berjas putih yang bertugas memantau keadaan Nira. Dengan cekatan, sang dokter dibantu asistennya mulai melakukan tugasnya. Layar EKG yang menunjukkan detak jantung Nira yang semakin lemah, membuat raut wajah pada sang asisten berubah drastis.

"Dok, detak jantung melemah," lapor asisten tegas.

Tepat di samping Devano, Cecil menangis sesenggukan. Ia tidak bisa melihat ibunya seperti ini. Devano pun berusaha menenangkan dengan sedikit memberi pelukan. "Jangan takut. Ibu Nira pasti baik-baik saja."

"Cek nadinya!" instruksi sang dokter pada asistennya. Asisten pun patuh.

Belum sempat asisten menghitung nadi radialis, tubuh Nira berhenti mengejang, bersamaan itu mesin EKG berbunyi sangat lama, membuat dokter mendesah pasrah.

Tubuh Cecil menegang hebat. Tiba-tiba kakinya mendadak lunglai tak bertulang. Gadis itu tidak sanggup lagi menopang berat tubuhnya. Perlahan ia mulai limbung, untung ada Devan yang sigap menjadi penopang.

"Ibu!!!" Teriak Cecil sekeras mungkin. Air matanya meluruh deras dan pandangannya mengabur.

Cecil pingsan dibalik rangkulan Devan. Lelaki itu membopong tubuh ringkih Cecil lalu membaringkannya di atas ranjang mini.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang