Seperti Di Bunuh, Tapi Tak Mati

4.5K 176 2
                                    

Cecil meraih tangan Zaki agar lelaki itu tidak emosi. Cecil tahu, mungkin jika Devan ada di sini, Zaki pasti langsung menghajarnya. Kalau tidak, nanti pasti akan ada aksi baku hantam.

"Sudah lah, Zak. Jangan emosi. Mas Devan gak sepenuhnya bersalah. Aku bisa ngerti kalau dia khawatir sama Mbak Dela. Lagian, aku juga salah. Aku gak hati-hati tadi."

Zaki menggeleng. Semakin kagum saja, dia pada Cecil. Terbuat dari apa hatinya. "Tetap saja Devan salah, Cil. Gak seharusnya dia meninggalkan kamu sendirian. Dia kan bisa ke rumah sakit bawa mobilnya. Tinggal ngikutin ambulance. Kamu kan gak bisa nyetir."

Hati Cecil semakin sesak. Bahkan, Zaki saja tahu kalau dia gak bisa nyetir, meski Devan meninggalkan mobilnya, percuma saja.

Cecil berusaha tersenyum. Mencoba ikhlas menerima semua. "Aku gak papa. Minta tolong telepon ambulance, ya. Sepertinya aku memang harus ke rumah sakit. Lukaku perlu dibersihkan."

Tiba-tiba, Zaki mengangkat tubuh Cecilia. Cecil yang tidak siap pun terkejut. "Gak perlu! Naik mobilku saja. Kelamaan, nunggu ambulance."

Tidak mau merepotkan lagi, Cecil menggeleng cepat. Itu mobil mahal, kalau kena darahnya, nanti susah hilang. "Aku berdarah, Zaki. Nanti mobilmu kotor. Naik ambulance saja."

Zaki tetap kekeh, dan meminta seseorang membantunya membuka mobil. "Persetan dengan darahmu! Yang penting lukamu segera diobati."

"Pak, tolong buka pintunya."

Tak lama, mobil melaju ke rumah sakit terdekat.

Di dalam mobil, Cecil menahan rintihannya. lukanya semakin perih karena darah sudah hampir mengering.

"Tahan, Cil." ucap Zaki masih tetap fokus menyetir.

Sesampainya di rumah sakit, luka Cecil segera ditangani. Ternyata, ini juga tempat Dela dirawat.

Luka Cecil dibersihkan, membuat gadis itu menjerit. Di IGD, ruangan Dela hampir bersebelahan dengan Cecil. Hanya ada kelambu biru sebagai pembatas. Untungnya luka Dela tidak parah. Dia hanya shock sehingga tak sadarkan diri sampai detik ini.

Devan merasa Cecil berada di dekatnya. Tapi mana mungkin?

"Ahhh," jeritan kembali mengudara, ketika luka robekan kecil itu dijahit tanpa bius. Untung tidak ada retak."

Zaki benar-benar tak tega. Lelaki itu memegang tangan Cecil erat, sebagai pegangan Cecilia untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Tahan Cil, kamu kuat." ujar Zaki menyemangati.

Ya, kali ini Devan benar-benar mengenal suara itu. Itu suara Zaki. Dengan penasaran, Devan menghampiri bilik yang tertutup itu.

Lelaki itu menyibak tirai sedikit. Dan, betapa terkejutnya dia melihat Cecil menahan sakit sambil sesekali menangis di pelukan Zaki.

"Sakit, Zak! Devan berengsek! Bajingan! Keparat! Kalau saja dia gak ninggalin aku sendiri, kakiku gak akan dijahit begini. Aku benci, Zak. Dia jahat! Aduh!" Cecil meringis kesakitan, kala jarum jahit itu kembali menusuk kulitnya.

Nyali Devan mendadak menciut untuk menemui Cecil. Seberengsek itu ternyata dia sama Cecil. "Maaf, Cil. Aku hanya bisa memberi luka." gumamnya lirih, lalu kembali ke bilik Dela.

"Hatiku sakit, Zaki. Apa aku gak pantas dapat perhatian darinya? Apa aku gak bantas dicintai dengan tulus?"

Mendengar pertanyaan itu, hati Zaki ikutan perih. Melihat orang yang dicintainya terluka, rasanya Zaki ingin memindahkan luka itu di dirinya. 'Kamu pantas dicintai, Cil. Tapi bukan Devan orangnya. Tapi aku. Kamu sangat pantas mendapatkan cintaku. Kamu sangat pantas mendapat perhatianku. Tapi aku yang gak pantas buat kamu.' batin Zaki berbicara.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang