16. Perdebatan Sengit

12.9K 500 5
                                    

Cecil memandang nyalang pada Devan. Matanya syarat akan kebencian. Bahkan, mendengar lelaki itu bernapas saja sudah salah di mata Cecil. Dengan berani, Cecil memberi ancamannya untuk Devan. "Kalau kamu berani sentuh aku, aku gak akan segan aduin kamu ke Tante Utari. Beliau pasti sangat kecewa dengan kelakuan menjijikkan putranya. Jangan mentang-mentang kamu orang kaya, bisa berbuat seenaknya!"

Devan menyeringai licik. Laki-laki itu seperti tak gentar dengan ancaman yang Cecil beri. Dibalasnya tatapan mata Cecil. Pandangannya melembut syarat akan ejekan. Tak perlu menunjukkan kekuasaan di depan Cecil bukan?

"Silakan saja kamu mengadu. Palingan, Mama cuma nyuruh aku tanggung jawab dengan langsung menikahkan kita. Beliau pasti akan senang mendapat cucu darimu. Kalau begitu, siapa yang lebih sial? Masih mau macam-macam?"

Cecil menatap Devan semakin nyalang. Mata itu seperti berkobar menunjukkan kekesalannya. Senyumnya terlontar, namun bukan senyum tulus yang diberikan, tapi senyum masam penuh dendam. Cecil tak berkutik, ia hanya mampu menunjukkan kekesalan lewat gerutunya "Sumpah! Aku benci kamu, Devan! Aku gak akan jatuh cinta sama pria sepertimu! Sebenarnya, maumu apa? Aku bukan perempuan cantik yang kau idamkan, aku tidak menarik. Mengapa kamu menyiksaku begini?"

Devan mengangkat satu alisnya. Ia tidak paham dengan maksud Cecil. Haruskah jadi cantik dulu untuk membuatnya menarik? "Memang, siapa yang memaksamu menyukaiku? Tidak ada. Mau kamu suka atau tidak, secepatnya kita akan menikah. Kamu tidak bisa menampik itu."

Cecil semakin dibuat emosi. Tangannya bergerak bebas melayang di wajah tampan milik Devan. "Mau kamu sebenarnya apa? Kenapa kamu seolah tidak ingin melihatku bahagia. Kamu licik! Seumur-umur, aku baru menemukan laki-laki sepertimu."

Meski sedikit nyeri, namun Devan tetap menunjukkan ekspresi datarnya. Di depan Cecil, ia harus terlihat berwibawa. Ia tidak mau kalau sampai Cecilia menganggapnya lemah, hanya karena sebuah tamparan. Pria itu lantas menatapnya garang agar sang pelaku tidak semena-mena lagi "Lantas, aku harus peduli? Bagus dong, kalau kamu baru bertemu laki-laki sepertiku. Setidaknya, itu akan membuat hidupmu berkesan."

Cecil menghembuskan napas kasar. Ia berusaha mengumpulkan stok sabar yang sewaktu-waktu bisa membuat emosinya meledak-ledak. "Berkesan apanya? Justru kamu membuat hidupku seperti di neraka. Mau kamu sebenarnya apa sih? Kalau kamu takut aku gak bayar hutang, tenang saja, aku pasti akan membayarnya, meski tidak bisa langsung. "

"Aku gak butuh hartamu. Kalau mau, aku bahkan bisa membeli seluruh aparatemen di kota ini." Devan terlihat pongah ketika menujukkan kuasanya. Bukannya tertarik dengan iming-iming harta Devan, Cecil malah semakin mukak mendengarnya.

"Heh! Sombong sekali kamu? Harta segitu saja sudah belagu! Lalu apa sebenarnya maumu?"

"Anak! Aku mau anak darimu!"

Seketika, Cecil terdiam. Mulutnya tertahan sempurna. Ia tak bisa berkata apa pun.

Devan yang melihat Cecil cengo langsung angkat bicara. "Kenapa? Kok diam. Tadi saja sok jagoan?"

Disindir seperti itu, Cecil mengerang kesal. Ia menutupi bajunya yang terkoyak dengan selimut yang dikenakan. Wajahnya memerah menahan kesal, mengingat Bagaimana perlakuan kasar Devan padanya

"Terserah kamu saja. Aku tidak peduli. Yang pasti, aku akan secepatnya keluar dari tempat ini."

Devan tersenyum meremehkan. Tangannya bergerak nakal membelai lembut pundak cecil yang sedikit terekspose. "Silakan saja kalau bisa. Kamu pikir mudah keluar dari kandang singa? Tentu tidak, Sayang."

Cecil yang semakin murka, terlihat seperti macan betina yang kelaparan.
Tangannya menggenggam erat, tapi dirinya tak bisa berbuat banyak. "Keluar dari sini. Aku mau sendiri. Pikiranku udah sangat kacau, ditambah ada kamu di sini, jadi semakin kacau!"

Devan terkekeh. Ekspresinya membuat siapa saja ingin mengajak nikah, kecuali Cecilia. Senyumnya manis. Bahkan sangat manis. "Kamu mengusirku dari rumahku sendiri? Oh, ayolah! Ini sangat lucu!"

Cecil menepuk dahinya. Ia lupa, jika ini bukan rumahnya. Ia hanya numpang di sini. "Bodoh kamu Cecil! Pantas saja pria itu semakin tengil!"

Cecil merutuki kebodohannya sendiri. Merasa terpojok, Cecil pun menutup seluruh bagian tubuhnya dengan selimut. Memunggungi Devan lalu memejamkan mata.

Tiba-tiba, lengan kekar Devan melingkar di perut Cecil. Cecil pun menggeliat seperti cacing kepanasan. Ia berusaha keras agar terlepas dari pelukan lelaki itu. Tapi sayangnya, Devan yang berkuasa pun memanfaatkan kekuasaannya mengancam Cecil.

"Diam atau hamil sekarang!"

"Lepaskan aku! Aku bukan perempuan yang bisa kamu sentuh seenaknya. Kalau mau mencari pemuas napsu, beli saja! Bukankah uangmu tidak akan habis hanya untuk membayar satu wanita? Bahkan kamu bisa membelinya 10 sekaligus?" raung Cecil murka.

Devan murka! Kenapa perempuan ini begitu keras kepala? Toh hanya diperluk saja, tidak diapa-apakan. "Jangan banyak bicara!"

Cecil yang keras kepala terus berontak. Ia tidak peduli lagi dengan bosnya. "Kenapa? Apa uangmu tidak cukup? Apa kamu tidak sanggup? Payah!"

Harga dirinya terinjak-injak. Berani sekali Cecil menyebutnya payah. Belum tahu saja bagaimana permainan Devan. "Ucapanmu meremehkan sekali? Bahkan aku bisa membeli 100 wanita kalau aku mau. Tapi sayangnya, tidak ada yang bisa membangun napsuku sehebat dirimu. Bahkan melihat kamu masih berpakaian saja, adikku bisa bangun."

Cecil mematung di tempatnya. Ingin berteriak, namun suaranya tertahan. "A-apa maksudmu?" Cecil mulai ketakutan. Suaranya bergetar meski ia berusaha tidak Takut.

"Kamu jelas tahu maksudku! Jangan banyak bicara atau aku akan melahapmu sekarang juga."

Cecil menangis ketakutan. Bahkan isaknya sampai terdengar di telinga Devan.

"Kamu jahat! Bahkan kamu masih bisa egois dengan perempuan lemah sepertiku. Aku tahu kamu punya banyak kuasa. Tapi kamu memang gak punya hati, Devano Nicolas! Aku benci sama kamu." Di dalam isak tangisnya, Cecil masih sempat mengeluarkan semua unek-uneknya pada Devan.

Devan semakin mempererat pelukannya. "Pikiranmu saja yang terlalu buruk tentang aku. Bahkan, aku bisa membuatmu bahagia."

"Bahagia apanya! Kelakuan kamu yang egois, justru membuatku sangat tersiksa. Kamu cuman peduli sama perasaanmu saja. Kamu tidak peduli dengan perasaan orang lain. Kamu memang egois!"

"Aku tidak egois. Aku hanya berusaha mendapatkan apa yang aku mau."

"Lantas, dengan begitu kamu bisa berbuat semena-mena sama aku? Aku bukan barang yang bisa kamu dapat dengan mudah. Aku juga bukan wanita panggilan yang bisa seenaknya melayanimu!" Nada bicara Cecil semakin meninggi. Ia tidak peduli lagi dengan kesopanan saat ini.

"Justru karena kamu berlian mahal, makanya aku cuman ingin kamu jadi milikku. Kamu paham? Kalau tidak bisa ku dapatkan dengan uang, maka aku akan menanam benihku di rahimmu!"

"Dengan begitu kamu akan merusak masa depanku Devan! Pikirkan perasaanku. Kamu hanya ingin anak dariku, bukan? Lalu setelah itu aku akan jadi janda."

"Memang, siapa yang akan membuatmu jadi janda? Aku akan bertanggung jawab atas masa depanmu dan anak kita."

Cecil tertawa sumbang. "Bagaimana dengan kontrak kita? Di sana jelas tertera kalau kamu hanya bisa menjadi suamiku selama satu tahun. Ingat itu baik-baik!"

"Aku akan merobeknya!" putus Devan tanpa berpikir panjang.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang