60. Larangan Adalah Perintah

5K 184 2
                                    

Dela melirik Zaki yang tampak biasa saja, tidak merasa bersalah atau pun meminta maaf.

"Teleponan sama siapa, kamu? Asik banget, kayaknya. Mana nyindir-nyindir lagi!" ujarnya ketus.

Zaki melirik Dela dan menanggapi sekenanya. "Selain bermuka dua, kamu orangnya suka kepo ya? Pantes, gak pernah tenang hidupnya."

Kata-kata pedas yang keluar dari mulut lelaki itu, benar-benar menusuk di relung Dela. Ya, Zaki memang tidak pernah suka dengan Dela, semenjak perempuan itu ketahuan mata duitan. Bahkan, untuk berpura-pura sekalipun, lelaki itu gak akan bisa.

"Tutup mulutmu, Zaki! Lancang sekali kamu! Mau dipecat Devan?"

Suara Dela terdengar sangat pongah. Membuat Zaki terkekeh mendengarnya. "Sudah kukuatakan, Dela. Kamu siapa di hidup Devan? Hanya Cecil yang berhak memecatku. Bahkan, Devan sekalipun gak ada hak untuk itu! Camkan itu baik-baik."

Di mana letak kesangaran Dela tadi? Bahkan, gadis itu terlihat sangat melempem sekarang.

Tidak menanggapi, Dela memilih diam. Karena dia tahu, Zaki bukanlah orang yang mudah dijatuhkan mentalnya. Dalam hati, gadis itu hanya berharap jika Devan segera datang. Dia tidak sanggup jika harus lama-lama ditinggal bersama Zaki.

Setelah ditinggal satu ruangan dengan lelaki menyebalkan itu, akhirnya Dela bisa tersenyum lega melihat pintu didorong masuk.

Di sana, berdirilah sosok pria tampan yang sangat ditunggu kehadirannya. Siapa lagi kalau bukan Devan?

Belum juga masuk, sudah disambut dengan rengekan Dela. "Akhirnya kamu datang, Van. Tega banget sih, ninggalin aku cuman sama pria menyebalkan ini? Bikin darah tinggi saja!"

Devan berjalan sambil merentangkan tangan, berniat merangkul Dela. Sambil terkekeh, pria itu merasa bersalah. Entah itu sungguhan, atau hanya akting. "Maaf, aku lama. Tadi, ada urusan sedikit di rumah."

Dela menyambut pelukan itu dengan sangat hangat. Gadis itu mengangguk, kemudian bergelayut manja di lengan Devan yang menarik duduk di kursi tunggu.

Devan juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada Zaki, karena sudah mau menunggu Dela selama dirinya pergi. "Makasih ya Zak. Maaf, sedikit lama."

Zaki tersenyum paksa, kemudian berceloteh pada Devan. "Oh ya, Van. Aku izin ajak Cecil jalan ya? Dia kayaknya suntuk tuh di rumah. Kasihan kalau stress."

Mendengar itu, Devan mengerlingkan mata. "Sok tahu!" Cibirnya!

Zaki terkekeh, terkesan mengejek. Bahkan, Devan saja tidak memperhatikan istrinya. "Cih! Suami macam apa kamu? Sama istri sendiri aja gak bisa peka. Tuh, lihat! Story WA-nya Cecilia. Sampai bete gitu!"

Zaki memperlihatkan status yang tadi Cecil unggah. Devan yang tak percaya pun sedikit terkejut melihatnya. Penampilannya cukup manis, tapi terlihat sangat bete. Wajahnya ditekuk masam, dengan bibir cemberut. Apalagi dengan caption yang seperti itu, membuat Devan semakin cemburu. "Apa maksudnya? Mau ngajak jalan lelaki lain, gitu?" Gerutu Devan.

Dela yang dapat melihat api cemburu di mata lelaki itu pun ikut merasa panas. Dia tidak rela, jika Devan kembali peduli pada Cecil.

"Ya apa salahnya? Kalau ada yang mau ajak jalan, kenapa enggak? Cecil juga buruh refreshing, kali! Ngapain nunggu suami yang gak peka, kalau masih ada yang lain? Gak ada akar, rotan pun jadi." Zaki terkikik kecil sambil melirik Dela yang semakin kesal. Zaki malah lebih semangat menjadi kompor untuk Devan.

"Jangan jadi kompor kamu, Zak! Cecil udah dewasa, harusnya bisa jaga marwahnya sebagai seorang istri. Gak pantas kalau istri orang jalan sama orang lain."

Zaki melongo dibuatnya. Apa ini? Lawak sekali. "Kamu bilang apa? Marwah? Jangan sok suci kamu! Gak pantas mana, sama kamu yang merengek perhatian suami orang! Apa itu menjaga marwah? Ngaca dulu sebelum ngomong!"

"Cukup!" Devan berteriak untuk menjadi penengah Zaki dan Dela yang berdebat. Lelaki itu juga pusing memikirkan Cecil yang mulai bertingkah.

Seketika, keduanya tersentak mendengar teriakan Devan. Pun dengan ruangan yang mendadak hening.

"Kalian, tunggu di sini sebentar! Aku mau telepon Cecil!" Titah Devan pada keduanya, setelah itu keluar karena tak ingin pembicaraannya dan Cecil didengar orang lain.

Setelah Devan keluar, dengan cepat, dia merogoh saku celana. Mengambil ponsel dan mengubek satu nama kontak yang di simpan dengan nama 'istri pembangkang.' di icon WhatsApp-nya.

Tanpa membuang waktu lebih lama, Devan langsung mendial nomor Cecil.

Tak lama, sahutan pun terdengar.

"Ada apa?" Tidak ada sapaan manis dari perempuan itu, yang ada hanyalah dua patah kalimat ketus miliknya.

Devan yang sudah tersulut emosi pun menanggapinya dengan nada sedikit membentak. "Maksudmu apa?!"

Untuk sesaat, cecil menjauhkan ponsel dari telinganya. Gendang telinganya terasa pengang. Dengan sedikit heran, gadis itu memekik. "Apanya gimana? Aku gak paham, maksudmu. Salahku di mana? Kenapa marah-marah? Gak jelas banget!"

"Hapus story WA-mu, sekarang!" Perintah Devan tak terbantahkan.

'Oh, jadi sekarang, Tuan Muda itu cemburu buta? Makanya jadi uring-uringan gak jelas.' batin Cecil.

"Ada yang salah dengan fotoku? Kenapa dihapus. Kan imut." Cecil sengaja memainkan emosi Devan.

Sementara, jauh di sana, lelaki itu mengerang kesal sambil sesekali menjambak rambutnya frustasi. "Fotonya gak salah, tapi caption kamu yang bikin darah tinggi! Ngapain, bikin caption kayak gitu? Berharap ada laki-laki yang ngajak jalan? Hah! Kaki masih pincang juga, sudah banyak pola!"

Cecil memutar bola matanya malas. Lucu sekali kalau sedang cemburu. Segala makian dilontarkan. "Ya, siapa tahu, ada yang ngajak jalan. Suamiku saja lebih peduli sama orang lain. Malang banget gak sih, nasib aku? Bosen tau, di kamar sendirian."

Untuk sesaat Devan terdiam. Terasa ada belati yang menancap dadanya. Tapi, detik berikutnya, kembali mengoceh. "Dan kamu berhasil! Puas? Barusan aja, Zaki minta izin buat ajak kamu jalan. Katanya, kamu suntuk di rumah. Lelaki itu memang benar-benar menguji kesabaran!"

Cecil membuka mulut lebar-lebar. Ternyata, yang membuat Devan jadi cemburu buta adalah Zaki. Pintar juga triknya. Cecil sengaja mancing lagi. Seru juga membuatnya uring-uringan. "Terus, kamu izinin? Kalau diizinin, aku siap-siap sekarang. Biar nanti Zaki gak nunggu lama."

"Bodoh kamu, Cecil! Gak akan aku izinin selangkah pun, kamu keluar rumah, kecuali sama aku. Zaki juga gak boleh ke rumah tanpa ada aku."

Cecil menyeringai. Larangan adalah perintah, bukan? Jadi, semakin dilarang, ya semakin melanggar.

"Kalau kamu mau atur-atur aku seenaknya, kamu pulang sekarang! Aku gak peduli dengan Mbak Dela yang merajuk. Sepertinya, kondisinya juga sudah membaik. Tapi kalau kamu gak bisa turutin mauku, dengan sangat terpaksa aku akan melanggar semua laranganmu, Mas! Jangan salahkan aku, jika aku menjadi pembangkang. Kamu ingin Cecilia yang nurut, bukan?"

"Tap--"

"Dalam waktu satu jam kamu gak pulang, aku pastikan sudah tidak di rumah!"

Tut.

Sambungan dimatikan sepihak oleh Cecilia, membuat Devan mengerang kesal.

"Sial!" umpatnya.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang