54. Sandiwara Aktor Gadungan

4.3K 187 3
                                    


Benar-benar ya, kalian semua! Bikin saya jadi gak tega. Jangan lewatkan kesempatan ini. Akan ada part dihapus jika sudah waktunya. Pastikan Follow author agar tidak ketinggalan update.

Devan tak kunjung mengindahkan permintaannya, membuat Cecil terus mendesak. "Lakukan, Mas. Demi Allah aku ikhlas."

Dengan cepat, Devan membuang pisau itu ke lantai. "Kamu gila, Cil! Aku gak mungkin lakuin itu. Jangan pernah berpikir seperti itu lagi. Aku menyayangimu."

Devan menciumi puncak kepala Cecilia bertubi-tubi, seolah lelaki itu benar-benar takut kehilangan.

"Kenapa kamu gak bisa lakuin itu? Lebih baik aku mati di tanganmu, daripada aku harus melihat kelakuanmu yang menjijikkan."

Ya, Devan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia terdiam membisu. "Karena aku menyangimu. Mungkin, kamu sudah bosan dengan pernyataan ini. Tapi percayalah, aku menyayangimu."

Cecilia mendorong tubuh Devan keras-keras hinga lelaki itu hampir terjengkang. "Bulshit, Mas! Yang kamu bilang itu bukan pernyataan. Tapi semua itu hanya kalimat penenang agar aku tidak pergi. Itulah tak-tikmu menarik ulurku agar aku tetap tinggal. Kamu jahat, Mas. Kamu licik!"

Cecil memeluk kakinya. Menangis sejadi-jadinya di sana. Tidak tahu lagi harus dengan cara apa menghadapi Devan. Mau cara halus atapun kasar, semua tidak pengaruh. Apa dia juga harus menggunakan cara licik?

Setelah lebih tenang, Cecil mengangkat kepala. Ternyata, Devan masih setia di sana.

"Kamu istirahat ya. Aku temani."

Cecil menggeleng. "Gak usah. Kamu kembali saja ke ruangan Mbak Dela. Nanti dia mencarimu ke sini. Aku gak mau dia sampai bikin keributan di sini."

Tak kalah keras kepalanya, Devan juga menggeleng, tetap kukuh dengan pendiriannya. "Tidurlah, aku temani. Jangan menolakku."

Tak ingin memicu perdebatan, Cecil pun mengalah. Dia berbaring membelakangi Devan. Tak lama, Devan Juga ikut naik ke brankar. Cecil bisa merasakan pergerakan Devan, tapi dia diam saja, meski tempatnya jadi sedikit sempit.

Devan berbaring menghadap Cecilia, tapi Cecil tetap setia memunggunginya. Hingga lelaki itu tak tahan melingkarkan tangannya di perut Cecil, meski takut jika perempuan itu marah.

"Aku akan membayar lunas penderitaan kamu, Sayang. Bersabarlah! Aku janji, aku pasti akan mengembalikan kebahagiaanmu. Tapi maaf, untuk saat ini kamu harus menderita dulu."

Devan berujar lirih ketika dengkuran halus Cecil terdengar teratur. Devan menciumi rambut hitam legam itu, lalu ikut memejamkan mata di sana. Untuk sesaat, Devan masih ingin di sini. Urusan Dela, bisa dipikirkan nanti.

Saat Devan benar-benar terlelap, Cecil menangis dalam diam. Sebenarnya, sejak tadi cecil hanya pura-pura tidur. Dia sengaja mendengkur agar Devan semakin percaya jika Cecil memang terlelap.

Entah apa maksud Devan tadi. Apanya yang dibayar lunas? Apa selama ini penderitaan Cecil masih kurang? Apa semua rasa sakit yang dia dapatkan masih belum cukup?

Saat sibuk memerangi isi kepalanya, tiba-tiba Zaki datang. Cecil pun pura-pura lelap, agar tidak menimbulkan kecanggungan yang membuat Zaki merasa jadi obat nyamuk.

Dari sisi kanan, tiba-tiba Zaki berjalan menghampiri Cecil. Mengusap kepala Cecil pelan agar tidur gadis itu semakin nyenyak.

"Ternyata Devan memang benar-benar mencintaimu, Cil. Dia lebih pantas untukmu." Gumam Zaki.

Cecil tersentak, tapi gadis itu masih pura-pura terlelap agar tidak menimbulkan kecurigaan Zaki. 'Apa maksudmu, Zak? Kenapa kamu jadi membelanya? Dia jahat, Zak. Dia kejam.' batin Cecil.

"Maaf, aku harus mengikuti permainan Devan. Sebenarnya aku juga gak tega lihat kamu terluka seperti ini. Tapi semua harus aku lakukan untuk mengungkap dalang di balik semua ini. Kecelakaanmu tadi sudah direncanakan, Cil. Devan tahu itu. Itu orang suruhan Devan, karena orang yang ingin menyelakaimu sebenarnya sudah dibantai. Kalau Devan tidak merencanakan semua ini, mungkin kamu sudah di ICU atau bahkan di kuburan."

Cecil menggigit bibirnya. 'jadi semua ini hanya sandiwara?' batin Cecil.

Zaki melanjutkan lagi monolognya. "Devan tahu tujuan Dela sebenarnya. Dia adalah kaki tangan seseorang. Dia berusaha mendekati Devan lagi, untuk menghancurkan perusahaan yang sudah payah dirintis. Untuk itu, Devan mendekati Dela sekarang. Aku harap kamu bisa tegar. Kamu kuat, Cil. Aku yakin itu."

Cecil mengerti sekarang arah tujuan Devan pura-pura tidak peduli padanya. Kalau lelaki itu benar-benar tidak peduli, untuk apa Devan menolak membuhnya tadi? Jadi begitu permainannya? Oke, kalau begitu Cecil juga akan mengikuti ke mana arah sandiwara ini. Memang, cuman mereka yang bisa memberi kejutan? Cecil juga bisa.

Sekarang, Cecil merasa sangat menyesal. Untuk apa dia menangis sampai mengambil hati sesuatu yang hanya pura-pura? Bahkan, dia sampai lupa berapa kali menangis hanya dalam waktu sehari.

Untuk sekarang, dia bisa lega, karena mengetahui jika Devan mencintainya.
'Oke, tunggu kejutan dariku, Mas Devan.'

'Awas kamu, Zaki. Aku akan membalasmu.' Cecil terkekeh dalam batinnya.

Hampir dua jam Cecil pura-pura terlelap, ternyata melelahkan juga. Cecil kembali pura-pura bangun, dia mengucek matanya sebentar, seolah gadis itu benar-benar habis tidur.

"Hoammm. Cecili melihat Zaki yang duduk bersandar di atas sofa. "Eh, Zak. Udah balik?"

Cuman basa-basi. Bohong sekali kalau Cecil tidak tahu kedatangan Zaki. Orang sedari tadi dia tidak tidur.

Tak enak dengan posisi seperti ini, Cecil memindahkan tangan Devan yang melingkar di perutnya, membuat Devan membuka mata. Lelaki itu mengerjap beberapa kali karena pergerakan Cecil yang membuatnya merasa tak nyaman.

Devan mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dilihatnya Zaki sudah kembali, maka dia pun harus kembali ke tempat Dela, untuk menjalankan aksinya.

"Cil, aku harus kembali ke ruangan Dela. Aku gak ingin dia marah,"ucap Devan menjalankan sandiwaranya. Baiklah, Devan jual, Cecil beli. Kalau Devan merasa Cecil akan kembali terluka, dia salah besar. Justru gadis itu terlihat tidak peduli dan kembali memasang wajah datar.

"Pergilah! Aku gak akan larang. Lagian, sudah ada Zaki yang lebih pengertian dibanding suamiku." Mendengar itu, hati Devan mencelos. Dia tidak tahu saja, jika Cecil juga pura-pura melakukannya. Dalam hati, gadis itu juga tidak tega berbicara kasar, tapi bagaimana lagi? Sandiwaranya kadung dimulai.

Devan mengangguk. "Baik, aku pergi dulu. Jaga kesehatan ya."

"Tidak perlu diingatkan!" Tegas Zaki sok ketus. Rasanya, Cecil ingin terbahak. Akting mereka sangat sukses. Jika saja tadi Cecil tidak mendengar sendiri dari mulut Zaki, tentu dia juga pasti akan sangat percaya dengan sandiwara yang dibuat teman sejawat ini.

Cecil jadi berpikir, apa mama dan papa mertuanya sudah tahu akan hal ini? Mengapa sedari tadi Devan atau Zaki tidak menghubungi mereka untuk memberi tahu jika dirinya saat ini tengah dirawat di rumah sakit.
Cecil pantas bertepuk tangan ini. Akting mereka benar-benar luar biasa.

"Terserah saja. Tapi jangan macam-macam ya! Dia istriku. Aku memberimu kesempatan menjaganya, bukan modus!" Setelahnya Devan pergi. Meninggalkan Zaki dan Cecil berdua kembali.

Hampir Cecil terkikik, namun dia pura-pura batuk agar Zaki tidak curiga. Lihatlah, bahkan ketika menjalankan aktingnya, Devan tidak bisa menahan rasa cemburunya. 'Aktor gadungan.' batin Cecil.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang