67. Terkuak Dalang

4.7K 186 15
                                    

"Ckck! Lama sekali hem?"

Devan berdecak saat Dela menghampirinya. Melingkarkan tangan di lengan Devan, lalu menyunggingkan senyum manisnya.

Cecil yang melihatnya, mengeratkan gigi dengan geram. Refleks, tangannya juga ikut melingkar di lengan Aris.

Aris yang diperlakukan seperti itu, jadi salah paham. Dia pikir, Cecil memang memberi lampu hijau padanya, sementara Devan sendiri menatap Cecil dengan tatapan entah.

Dela yang melihatnya, terlihat sangat senang. Gadis itu juga berusaha mengompori Devan.

"Eh, ada Cecil dan Aris juga di sini? Kalian mau ke mana?"

Bukan mereka, tapi Devan yang menyahut. "Mereka ingin makan siang berdua. Berhubung kita juga mau melakukan hal yang sama, aku pikir ... kenapa gak double date saja?"

"Ah, double date ya? Cukup seru. Kita pergi ke restoran depan saja. Di sana sedang ada menu baru dan langsung jadi best seller."

Aris pun membuka suara. Padahal, niatnya hanya ingin makan berdua. "Ah, ya. Cecil sudah bilang tadi. Jadi, tujuan kita memang ke sana. Terima kasih ya, untuk tawarannya. Tapi maaf, ada suatu hal penting yang mau aku obrolkan dengan Cecil. Jadi ... untuk double datenya, lain kali saja ya. Kita duluan. Permisi."

Aris melirik Cecilia yang ternyata masih belum melepas pegangan tangannya.

Tangan Devan kembali mengepal. Rasanya, ingin sekali menghajar wajah sialan itu. Lama-lama, dia semakin ngelunjak. 'Lain kali gundulmu, bangsat! Jangan harap bisa mengajak istriku pergi lagi, atau aku sendiri yang akan mematahkan tulang-tulangmu.'

Devan berusaha bersikap tenang, meski hatinya sungguh meletup-letup.

"Baiklah. Kita juga tidak memaksa. Have fun ya. Jaga istriku, jangan sampai lecet sedikitpun."

Aris mengangguk, kemudian berlalu bersama Cecil yang menatap Devan kasihan.

Ya, terlihat mereka semua memang masuk di restauran itu. Tapi memilih meja yang saling berjauhan.

Cecil dan Aris duduk di meja pokok sebelah utara, sementara Devan dan Dela memilih duduk di bangku tengah sebelah selatan.

Cecilia terlihat sangat badmood, membuat Aris ingin menghiburnya. "Kamu kenapa, Cil? Kalau ada masalah, bagi ke aku sini. Aku siap dengerin semua kelu kesahmu."

Mendengar bualan Aris, membuat Cecil ingin muntah. Tapi sayangnya, dia harus berpura-pura dekat dengan Aris. "Aku gak papa, Mas. Cuman, lagi kesel aja sama Mas Devan. Bisa-bisanya dia dekat sama mantan, padahal ada istrinya."

Aris nenoleh sekilas ke arah Devan dan Dela. Keduanya tampak sedang asik bercanda. "Kamu benar. Keduanya memang terlihat sangat dekat."

Cecil mengikuti arah pandang Aris. Sejenak, dia membuang napas. "Rasanya, ingin sekali berpisah dengannya. Tapi sayang, dia terlalu berkuasa. Andai saja kamu yang menggantikan dia menjadi bos. Aku pasti bisa langsung cerai darinya."

Aris tampak gugup. Dia tidak paham maksud Cecil. "Ma-maksud kamu?"

Cecil tersenyum. Sangat mais. Untuk sejenak, Aris terpesona akan senyum itu.

Tanpa disadari, mata Devan selalu tertuju ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah Aris yang menatap Cecil penuh kekaguman.

'Awas kamu Ris! Berani kamu menatap istriku lagi, aku congkel bola matamu.' batin Devan meletup-letup.

"Ya, kamu sadar gak sih? Kalau Mas Devan itu gak cocok jadi bos? Bos kok arogan, suka maksa, gak pernah senyum. Sepertinya, kamu lebih cocok gantiin posisinya," ujar Cecil dengan semangat membara, membuat Aris jadi ikut antusias.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang