58. Aku Istrimu, Bukan Jalangmu

7.8K 223 10
                                    

Cecil tersentak saat meja rias itu digebrak. Dengan kerasnya, Devan memukul meja itu hingga membuat seisinya berantakan, termasuk bedak dan lipstik yang berjatuhan di atas lantai.

"Ahh!"

Cecil menjerit ketakutan. Sebelumnya, dia tidak pernah melihat kemarahan Devan yang seperti ini. Tapi mengucap kata Cerai, cukup mampu membuat Devan tersulut emosi yang luar biasa.

"Jangan pernah sekalipun, kamu mengucap kata biadab itu di depanku. Kamu gak pernah tahu kemarahanku yang sesungguhnya, kan Cil? Semarah-marahnya aku sama kamu, aku gak pernah menunjukkan kekerasan. Karena kamu adalah jajaran orang teristimewa di hidupku. Tapi sekali lagi kamu mengatakan kata cerai, habis kamu! Jangankan cerai, menginjakkan kaki di pengadilan agama saja, aku haramkan untukmu!"

Cecil memegangi dadanya yang sesak. Remuk sudah, segumpal daging kecil bernama hati di tubuhnya. Sambil menuding Devan, Cecil menangis.

"Kamu adalah laki-laki paling egois yang pernah kukenal, Mas! Kamu gak mau aku tinggal, tapi kamu juga gak mau melepas masa lalumu. Bajingan, kamu! Kalau kamu berharap dia bisa menjadi maduku, kamu mimpi, Mas! Jika kamu berani melakukan itu, kuharamkan surga menyentuhmu. Jika kamu ingin bersamanya, ceraikan aku!
AKU ISTRIMU, BUKAN JALANGMU!" Cecil berteriak menggaungkan kata yang sengaja ditulis author dengan caps lock jebol itu.

Ginjal Devan kembali tercubit. Rasanya sesak sekali mendengar Cecil menghina dirinya sendiri.

"Jangan pernah menganggap dirimu rendah seperti itu. Kamu tahu? Kamu sangat berharga buat aku, Cil. Kamu berlianku." Detik berikutnya, Devan meraih tubuh Cecil dan merangkulnya dalam. Dekapan erat itu justru membuat Cecil semakin tersakiti. Ya, selalu saja begini. Ini adalah cara Devan untuk menarik ulur hatinya.

"Ya, aku tahu. Aku memang berharga untukmu, karena ada anak yang ingin kamu dapatkan dariku. Keberadaanku di hidupmu, tak lebih berharga dari seorang jalang, Mas! Ada yang jauh lebih berharga dariku. Yaitu Mbak Dela. Bahkan, saat kamu antar aku ke rumah saja, kamu masih peduli dengannya. Menyuruh Zaki untuk menjaganya. Asal kamu tahu, aku juga gak ingin kamu antar. Pergi saja dari sini!" Gadis itu mendorong tubuh Devan cukup keras, hingga lelaki itu memundurkan langkahnya. Entah kekuatan dari mana, tapi yang jelas, saat emosi tenaga perempuan akan berkali-kali lipat lebih kuat.

Capek bertengkar dengan suaminya, gadis itu memilih masuk dalam selimut. Menghempas tubuhnya di atas ranjang, lalu menyembunyikan seluruh tubuhnya di dalam selimut.

Cecil menangis dalam diam, dia tak ingin Devan mendengar isak tangisnya. Cecil tidak mau dianggap perempuan lemah.

Tak lama, Cecil merasakan pergerakan seseorang ikut naik di atas ranjang. Kelakuan siapa lagi kalau bukan Devan?

Seolah tak pernah terjadi apa-apa, Devan menarik tubuh Cecilia ke dalam dekapannya. Begitu terus siklusnya. Marahan, baikan. Marahan lagi, baikan lagi. Cecil benci dirinya yang tak bisa tegas pada lelaki itu.

Seperti saat ini, Cecilia hanya diam saja, ketika Devan menciumi puncak kepalanya. Meski masih tertutup selimut, tapi Cecil bisa merasakan itu.

Cecil tiba-tiba melunak. Berhasil mengontrol emosinya yang sempat meledak-ledak, gadis itu mulai membuka selimut lalu mendongak sedikit. Menatap Devan lekat-lekat.

Emosi lelaki itu juga sudah tak seperti tadi. Dia kembali bersikap biasa, seperti Devan yang biasanya. Dingin dan ngeselin.

"Ada apa, kenapa menatapku begitu?" Devan yang sadar jika Cecil ingin menyampaikan sesuatu, dia pun inisiatif bertanya begitu.

Cecil menarik napasnya, sebelum memulai obrolannya dan Devan.
"Kapan aku bisa mulai bekerja? Kalau bisa, besok saja!"

Devan menatap Cecil penuh kelembutan, lalu menggeleng dengan tegas. "Gak bisa! Sembuhkan dulu lukamu! Baru setelahnya aku izinkan kerja."

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang