24. Tempat Romantis

8.4K 352 8
                                    

Cecil memutuskan untuk menunggu di luar, daripada di kamar, nanti Devan bisa mengambil kesempatan.

Cuaca yang terik membuat gadis itu harus berpanas-panasan dengan sinar matahari. Matanya yang silau, terus menyipit seiring dengan naiknya sang surya.

"Rumah segede gini, gak ada tempat yang teduh. Bikin taman kek!" Cecil memaki dalam hati. Tangannya gatal untuk mengubah halaman luas ini menjadi taman yang cantik.

Tak lama, deru mobil terdengar cukup keras, membuat gadis berpita itu mengalihkan atensinya. Ia menatap mobil Devan yang mulai berhenti.

Pintu mobil terbuka bersamaan dengan kaki panjang yang menapak di atas tanah, menampakkan sosok Devan yang berdiri gagah dengan setelan jasnya.

Laki-laki itu mengernyit kala melihat Cecil yang berdiri memegangi tas di kepalanya. "Ngapain panas-panasan?"

Cecil menurunkan tas yang menjadi pelindung kepalanya. Ia menatap Devan nyalang sebelum akhirnya berjalan menuju mobil lelaki itu. "Pakai tanya lagi."

Devan dibuat geleng-geleng dengan tingkah Cecil yang menggemaskan "Ya udah, masuk."

Tanpa ingin berdebat, Cecil menurut ucapan Devan. Gadis cantik itu menghentikan pergerakannya kala teringat sesuatu. Sebelum membuka pintu, ia mengetuk kaca mobil karena Devan sudah terlebih dulu masuk ke dalam.

"Apa lagi sih? Masuk!" perintah Devan sambil menurunkan kaca mobil. Wajah tampannya terlihat cukup geram.

"Gak pamit Mama?"

"Gak usah!" jawabnya tak acuh.

"Entar nyariin."

Devan menarik napas panjang. "Bawel banget jadi orang. Mama tidur siang jam segini. Cepet masuk, gak usah bawel!"

Cecil menghentakkan kaki di atas tanah. Wajahnya pun merah padam menahan kesal. "Iya, iya!"

Dengan kasar wanita itu membuka pintu mobil, ia masuk ke dalam kemudian menutupnya dengan sedikit bantingan. Paras ayunya tertekuk masam.

"Pelan-pelan. Mobil mahal!"

Cecil melirik Devan sinis sambil membetulkan sabuk pengamannya. "Sombong amat!"

Ia kemudian membuang muka menatap jendela luar. Malas, melihat wajah songong Devan yang menjengkelkan.

Tak meladeni Cecil, Devan kemudian melajukan roda empatnya keluar dari halaman luas milik kediaman Nicolas.

Hanya keheningan yang meliputi keduanya, hingga rasa bosan menyelinap di hati Cecil. Perempuan itu tentu tidak tahan, bibirnya gatal untuk menanyakan sesuatu. "Mau ke mana?" tanyanya lirih.

Tidak merespon, Devan terus mengemudi dengan pandangan fokus ke depan.

Cecil yang merasa diabaikan, menolehkan kepala. Gadis itu lantas memajukan bibirnya beberapa centi. Ia terlihat manyun dengan wajah yang masam.

"Dasar budeg!" makinya kesal. Seketika, mata Devan melotot tajam. Rahangnya mulai mengeras. Umpatan Cecil berhasil memancing kemarahan Devan.

"Anteng bentar gak bisa ya? Mau dilakban mulutnya?"

Tiada hari tanpa berdebat, mungkin itu kata yang cocok untuk mereka. Cecil semakin mengeyel. "Ya aku harus tahu lah, kamu mau bawa aku ke mana? Entar macam-macam lagi."

Mata cecil menatap curiga. Dirinya harus lebih waspada karena Devan adalah seorang yang penuh kejutan. Lengah sedikit saja, bisa berbahaya.

"Apa lihat-lihat! Biasa aja dong," sewot Devan.

Cecil memutar bola matanya jengah. "Lagian, kamu aneh! Mencurigakan." Pandang cecil dengan mata menelisik.

"GR banget jadi orang! Bodi triplek, siapa juga yang doyan!"

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang