Keesokan paginya, Cecil sudah bersiap dengan setelan kemeja kantor dipadu dengan blazer. Gadis itu mematut dirinya di cermin, sambil menyisir rambutnya yang hampir kering. Sementara Devan sendiri baru bangun dari tidur lelapnya.
Ingin menyibak selimut, Tapi urung setelah melihat bekas kemerahan yang dia buat semalam. Leher jenjang itu, dapat dia lihat dengan jelas dari pantulan cemin. Mengingat itu, Devan sangat bangga dengan dirinya yang berhasil menato tubuh Cecilia.
"Cil, kemarilah!"
Cecil yang merasa terpanggil pun bergegas mempercepat gerakannya. Setelah rambutnya tersisir rapi, barulah dia berjalan menghampiri Devan.
"Ada apa?" Matanya penuh selidik, menatap pria yang semalam tengah menganghangatkan ranjangnya.
"Kamu mau ke mana, rapi begini? Di rumah saja, gak usah kerja hari ini."
Cecil membuka mulutnya. Perempuan itu hampir melontarkan sumpah serapah. "Kenapa? Kenapa aku gak boleh kerja? Aku gak sakit, kok. Àku bisa ke kantor.
Devan menunjuk leher Cecil dengan jari telunjuknya. Matanya masih tak lepas pada gigitan nyamuk super jumbo.
"Berkacalah! Lihatlah lehermu masih penuh dengan tato yang kubuat semalam. Yakin, masih mau ke kantor dengan kondisi begini?"
Cecilia meraba lehernya. Dengan gerakan cepat, gadis itu langsung berlari ke arah cermin.
Cecilia membelalak kaget, melihat lehernya sudah penuh dengan cap merah milik Devan. Gadis itu terlihat murka, lalu berjalan lagi menghampiri suaminya."Mas! Kamu apakan leherku sampai begini? Terus gimana aku ke kantor kalau begini?"
Devan menyeringai, melihat wajah panik Cecilia, hatinya menghangat. "Gak usah ngantor, di rumah saja. Kita habiskan waktu seharian di rumah. Sukur-sukur, mau diajak nyicil kuping."
"Nyicil kuping?" Cecil bertanya dengan dahi berkerut. Rambutnya yang tak gatal, digaruk penuh gusar.
Devan mengangguk dengan tatapan sulit diartikan. Pria itu kemudian menyibak selimutnya kasar, melihat ke bawah dengan serius. "Bukan cuman aku yang bangun, adikku juga ikutan bangun, Cil."
Cecil gegas memundurkan langkahnya, saat Devan mulai menatap dengan seringai. "Buruan mandi, nanti kesiangan."
"Ngapain gugup, Sayang? Sini dong, deketan sama suami." Devan menggoda dengan alis naik turun, dia sengaja memamerkan seluruh bagian tubuhnya, tak terkecuali perut sixpack dan kejantanannya.
Cecil menggeleng. Berdiam di tempat menatap Devan penuh kewaspadaan. "Gak mau. Aku tahu otak mesummu! Aku baru keramas, jangan membuatku keramas lagi!"
Mendengar makian istrinya, Devan tertawa cukup renyah. Rasanya, dia ingin menghabiskan waktu seharian bersama istri kecilnya. Mengungkungnya dalam kamar, agar baby twins yang dia inginkan, bisa segera hadir.
Devan berjalan mendekat, menatap Cecil penuh nafsu, kemudian menarik perempuan itu ke dalam pelukannya. "Itu yang aku mau. Biar baby twins cepat berkembang di sana."
Devan menelusupkan tangan kekarnya ke dalam perut Cecil, membuat perempuan cantik itu menggelinjang kegelian.
Saat Cecil mulai lengah, Devan mendorong tubuh sintal itu di atas kasur, hingga menimbulkan suara ranjang berderit.
Dia mulai merangkak, menindih tubuh Cecil dengan lutut sebagai tumpuan. Cecil sendiri mulai menikmati, kala bibirnya dilumat lembut oleh sang suami.
"Kamu sangat nikmat, Sayang. Aku menginginkanmu lagi." Devan berujar disela-sela ciumannya.
Sementara Cecil hanya bisa tersenyum, dengan sesekali mengusap area sensitif Devan membuat gairahnya semakin memuncak. "Lakukan sesukamu. Yang ada padaku, semua milikmu. Termasuk ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)
Romansa"Jika hartaku tidak bisa membuatmu luluh, maka kupastian benihku akan tertanam di rahimmu," ucap Devan semakin menekan tubuh Cecil dalam tindihannya. . "Jangan. Aku mohon!" Devan semakin gila. "kembali padaku, atau aku akan menghamilimu!" "Aku tida...