32. Diskotik

6.5K 237 3
                                    

Langit yang biru, kini kelabu. Terangnya sang surya tergantikan gemerlap bintang rembulan.

Di bawah tekanan alcohol, Cecil kembali menikmati manisnya anggur merah yang dipesan pada seorang barista. Dentuman musik keras juga turut berdisco mengiringi kehancuran Cecilia malam ini.

Seteguk, dua teguk minuman durjana itu kembali meluncur di kerongkongan Cecilia. Cecil mulai meracau seiring dengan kesadaran yang menurun.

"Devan jancok! Bajingan! Keparat. Enyahlah dari hidupku! Aku membencimu!" Cecil menumpahkan semua uneg-unegnya dengan kebar-baran malam ini.

Seolah menggila, Cecil justru terlihat sangat menikmati alunan musik dari seorang DJ sexy itu.

Padahal, sebelumnya dia tidak pernah menginjakkan kaki di tempat beginian. Alhasil, tubuh elok Cecilia mulai dikerubungi gadun-gadun kegatelan.

Seorang pria berperut buncit dengan wajah berumur, mendekati Cecilia dengan tatapan lapar. Tak lupa, dia menjebak korbannya dengan segelas wine yang sudah dicampur dengan obat perangsang.

Pria itu duduk di sebelah Cecil, merangkulnya hangat dan mengelus pundak Cecilia.

Cecil yang masih punya sedikit kesadaran, mencoba untuk mengusirnya. "Jangan sentuh aku! Aku miliknya." racau Cecilia setengah sadar.

"Tenanglah, Sayang, minumlah dulu. Nanti kamu akan bahagia dengan Om." Awalnya ogah-ogahan. Tapi setelah dibujuk rayu dengan iming-iming diantar pulang, akhirnya Cecil mau meminumnya.

Glek glek glek! Cecil meminum sampai tandas.

Di tempat yang berbeda, Devan tengah khawatir menunggu kepulangan Cecilia. Pasalnya, semenjak dia tinggal di jalanan, Cecil sama sekali belum pulang. Devan juga sudah tanya sang mama, tapi tidak ada tanda-tanda Cecil ada di rumah.

Devan semakin panik ketika ponsel Cecilia tidak online. Di telepon pun tidak menjawab. Devan mulai merutuki kesalahannya meninggalkan Cecil seorang diri. Gadis itu, pasti tengah marah besar.

"Argghhh!" erang Devan sambil menjambak rambutnya frustasi.

Lama terdiam, Devan mulai ingat, jika dia sudah memasang GPS di ponsel Cecil. Dengan begitu, dia bisa mengetahui keberadaan Cecil sekarang.

Dengan Cepat, Devan langsung mengambil ponselnya. Menyambungkan perangkatnya dengan perangkat Cecilia.

"Ketemu!" Devan berujar senang. Tapi tak lama, matanya memanas melihat lokasi Cecilia saat ini.

"Rasa sayange?" Devan mengepal keras, mengetahui jika gadisnya ada di sana. Tentu Devan sangat familiar dengan tempat ini. Ini adalah tempat yang sering dirinya kunjungi dulu, saat hatinya sedang menggalau dari seorang Dela. "Kurang ajar! Gak akan aku biarin kamu rusak, Cecil. Maafkan aku, Sayang. Tunggu aku."

Tanpa membuang waktu, Devan pamit pada sang mama untuk menjemput Cecilia sekarang. Devan menceritakan semuanya pada wanita paruh baya itu. Utari hampir lemas, mendengar Cecil ada di tempat terkutuk itu. Utari tahu betul, bagaimana Cecil. Pasti, anak itu sekarang sedang dalam masalah besar.

"Cepat susul, Nak. Bawa menantu mama kembali dengan utuh dan selamat." Utari menyuruh Devan untuk segera pergi.

"Baik, Ma. Devan pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Setelahnya, Devan pergi dengan mobil sport yang bisa dia kendalikan dengan kecepatan di atas rata-rata.

Devan seperti orang kesetanan. Pikirannya menggila, sangat takut jika terjadi sesuatu dengan Cecilia.

***
Di dalam sebuah bar, Cecil berjalan sempoyongan dalam rangkulan pria hidung belang. Ya, Cecil kini telah kehilangan kesadaran sepenuhnya. Dia tidak sadar, jika sedang di bawa ke luar menuju sebuah hotel.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang