Setelah seharian sibuk memanjakan suaminya, akhirnya pagi ini Cecil disibukan dengan pekerjaannya di kantor.
Sesuai yang Devan katakan, pagi ini mereka berangkat ke kantor bersama. Tidak ada lagi jemputan dari Laras, karena Zaki sudah melarang gadis itu menjemput Cecilia, sesuai arahan dari Devan.
"Selamat pagi?" sapa Cecil ramah pada seluruh karyawan yang ditemuinya di lobi. Itu adalah kebiasaan Cecil yang sudah ia geluti sejak masih menjadi pekerja di kantor ini, hingga sekarang menjadi istri seorang bos.
"Pagi," Devan ikut menyapa, meski tak ada senyum di sana. Wajahnya tampak datar, tapi bagi para karyawan, ini adalah salah satu momen langkah. Sungguh keajaiban dunia. Ada apa dengan Devan pagi ini?
Untuk sesaat, para karyawan terbengong dengan pandangan saling tatap. Lalu detik berikutnya, mereka kompak menyunggingkan senyum dan menunduk hormat.
"Pagi, Pak Devan, Bu Cecil." balas para karyawan ramah pada keduanya yang berjalan beriringan. Tumben sekali mereka berangkat bareng?
Setelah Cecil dan Devan menghilang, para pekerja di sana saling bisik.
"Eh, pak Devan kenapa ya? Tumben amat nyapa kita," bisik perempuan berkaca mata bulat di meja resepsionis.
"Gak tau tuh. Habis menang jackpot kali," jawab laki-laki yang mulutnya sedikit lemes.
"Udah, kerja. Jangan gosip! Disapa pak bos aja udah heboh." Seseorang yang terlihat lebih senior berusaha menengahi. Lalu mereka bertiga kembali duduk di bangkunya masing-masing.
***
Di ruangan Cecil, Devan duduk di atas kursi panjang yang tersedia, sementara Cecil sendiri asik mengubek berkas-berkasnya.
"Mas, kamu sadar gak sih, sikapmu tadi bikin semua orang heboh? Kamu aneh tau gak, hari ini!" celetuk Cecil yang berdiri agak jauh dari Devan.
Devan melirik sekilas, lalu terlihat acuh lagi. "Biasa aja tuh. Aneh gimana?"
Cecil yang belum juga menemukan dokumen yang dicari, akhirnya menyerah dan berjalan menghampiri Devan. Dia duduk di samping lelaki itu dengan tangan disilang.
"Kamu tuh aneh. Tumben banget nyapa karyawan. Biasanya juga kayak kulkas dua pintu."
Cecil menatap suaminya dalam-dalam. Tak ada yang berbeda. Tetap sengak dan angkuh. Heran saja, kenapa dia bisa jatuh cinta dengan sikap sedingin salju?
"Kenapa? Kamu cemburu?" Devan bertanya dengan tatapan penuh selidik. Kakinya terangkat sebelah, lalu ditumpahkan pada kakinya yang lain.
Cecil menggeleng, memutar bola mata malas, lalu mengembuskan napas berat. "Kamu aneh hari ini."
Devan tampak tak acuh. Lelaki itu menurunkan kakinya, kemudian meraih secangkir moca latte di hadapannya.
Cecil hendak protes, kala Devan menyeruput latte hangat miliknya. Tapi, melihat minuman yang disiapkan OB untuknya sudah habis tak tersisa, Cecil hanya bisa berkata lirih, "Minumanku."
Raut wajah kecewa, terukir jelas di sana. Cecil bertopang dagu dengan wajah ditekuk, sementara tersangka hanya melirik dengan senyum culas.
"Oke, aku mau kembali ke ruanganku. Terima kasih, late gratisnya. Selamat pagi dan sampai jumpa.
Cecil hanya bisa melempar tatapan membunuh, saat Devan hendak berdiri dari duduknya. Enggan berbicara, Cecil memilih diam, sampai Devan menghilang dari ruangannya. Dan, ruang kerjanya kembali hening. Cecil bisa bekerja dengan tenang.
***
Jam makan siang. Devan yang masih ada di ruangannya, dihampiri oleh Dela.
Sesuai janji yang sudah dibuat, mau tidak mau, Devan akhirnya harus menepati. Karena saat ini, Dela datang untuk menagih janji makan siang bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/304619066-288-k219114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)
Romance"Jika hartaku tidak bisa membuatmu luluh, maka kupastian benihku akan tertanam di rahimmu," ucap Devan semakin menekan tubuh Cecil dalam tindihannya. . "Jangan. Aku mohon!" Devan semakin gila. "kembali padaku, atau aku akan menghamilimu!" "Aku tida...