35. Sugar Daddy?

6.7K 245 4
                                    

Suasana semakin panas. Kesunyian kembali melanda dan yang tercipta hanya kesabaran Utari yang menuntut penjelasan.

Dentingan jarum jam, yang berporos mengeliling angka yang tertera, memecah sepi yang tercipta.

Di dalam bekapan Devan, Cecil meraung ingin dilepas. Menarik tangan itu, sekuat tenanga, tapi sayangnya Devan terlalu kuat.

"Ada apa ini? Kenapa kamu bekap Cecil seperti itu, Dev?" Utari memandang heran pada Devan dan Cecil. Terlihat, Cecil ingin berontak, tapi tidak bisa.

Tak ingin membuat Utari semakin bertanya-tanya, Devan mendekatkan tubuhnya dengan Cecil, membisikkan kalimat-kalimat yang membuat gadis itu bergidik ngeri. "Jangan bicara macam-macam, sama Mama. Masih mau bekerja, kan? Kalau kamu aduin semua, Mama akan membuatmu seperti hidup di sangkar emas. Penuh dengan kemewahan, tapi tidak bisa terbang bebas ke manapun yang kamu mau."

Setelah mengancam Cecilia seperti itu, Devan melepaskan Cecilia. Membiarkan gadis itu menjelaskan sendiri.

Cecil kebingungan, mencari alasan yang tepat. Benar, kata Devan. Dia tidak bisa mengadu pada Utari. Bisa-bisa, wanita itu semakin posesif. Masih memutar otak. Berharap, kecerdasannya mampu diajak kompromi dalam hal kebohongan. "Maksud Cecil, Cecil kemarin begitu gara-gara kam--" Cecil menjeda ucapannya. Namun setelah mendapat kata yang pas, Cecil melanjutkan lagi. "Kambuh!"

Cecil menarik napas lega, akhirnya dia menemukan jawaban yang dicari.

Utari mengernyit tak paham. Dia menatap Cecil penuh keraguan. "Kambuh? Maksudnya gimana, Nak."

Cecil berusaha tenang. Membuang kegugupan yang melandanya, menatap Utari penuh kelembutan dan mulai menyihir wanita itu dengan aktingnya. "Iya, Ma. Cecil kambuh. Pikirannya lagi kacau, jadi gak bisa mikir sehat."

"Oalah," Utari berujar santai, tersenyum pada gadis itu yang terlihat sangat memprihatikan. "Ya sudah, pernikahan kalian dipercepat saja. Nanti, Cecil bisa cerita masalah Cecil pada Devan tanpa rasa canggung lagi. Kalian akan segera sah. Untuk persiapannya, cukup kerabat saja yang hadir. Kalau mau perayaan megah, tunggu Cecilia siap, dulu."

Cecil tertegun. Bukan ini yang dirinya harapkan, tapi Utari malah setuju dengan ide Devan yang ngawur itu.

"Cil, nikah besok ya?" Goda Devano tersenyum jahil. Tapi Cecil tidak menggubrisnya dan memilih pamit ke kamar.

"Ma, Cecil ke kamar duluan, ya." Pamitnya,

Setelah mendapat anggukan Utari, gadis itu langsung berdiri. Tanpa basa-basi lagi, dia melangkah pergi.

Baru beberapa langkah, Devan kembali menggodanya. "Cuman Mama yang dipamitin? Sama suami gak mau pamit?" Sambil mengerling jahil.

"Devan!!! Semoga harimu selalu Senin!" Teriak Cecil merajuk kesal. Lalu berlari meninggalkan tempat.

Utari hanya menggeleng, melihat kelakuan anaknya yang super jahil. "Seneng banget sih, jahilin Cecil. Kasihan, tau."

Devan menatap mamanya, tersipu malu sambil bilang, "Habisnya lucu, Ma."

Sepeninggal Cecil, Devan pun ikut pamit ke kamarnya. Memilih istirahat, agar bisa selalu vit dalam menyambut pernikahan yang akan diselenggarakan waktu dekat ini.

Yang tersisa, hanya Utari. Menatap sisa-sisa makanan dengan perut yang kenyang, lantas menyuruh bibi membereskan semuanya.

***

Di dalam kamarnya, Cecil kembali merenung. Memikirkan nasibnya setelah menjadi Nyonya Devano Nicolas. Benaknya bertanya-tanya, apa mungkin dia bisa menghadapi sikap egois Devan? Apakah dia bisa mengimbangi keras kepalanya Devan? Ah! Memikirkannya saja, kepala Cecil mau pecah.

Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang