"Kondisi ibu kamu semakin menurun, Nak. Segera lunasi administrasi agar bisa dilakukan pencangkokan ginjal secepatnya atau nyawa ibumu tidak akan tertolong," ujar lelaki berjas putih yang berdiri tepat di samping pasien sekarat yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Dengan wajah cemasnya, perempuan cantik itu mengangguk lemah, meski ia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu. "Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk ibu saya. Akan saya lunasi secepatnya."
Dokter tampan yang terlihat seumuran dengan almarhum ayahnya itu mulai mendekat, mengusap bahu Cecil pelan, lalu tersenyum manis dan berkata, "Kamu yang sabar, ya? Sedikit banyak saya tahu bagaimana kehidupan keluargamu. Kamu memang anak yang hebat. Ibu kamu sering cerita tentang kehebatan putrinya ini. Tetap semangat! Setidaknya, dukungan kamu sangat dibutuhkan pasien untuk berjuang melawan penyakitnya. Kamu jangan menyerah dan jangan lupa berdoa, minta kesembuhan untuk ibumu. Sesungguhnya, hanya Dia yang Maha Menyembuhkan."
Cecil membalas senyuman itu tak kalah manis. Ia sangat bersyukur, karena dokter yang merawat ibunya ini adalah orang baik. Bahkan, beliau tidak pernah menolak jika dimintai bantuan. "Terima kasih banyak, karena Dokter sudah merawat ibu saya dengan sangat baik. Kalau boleh, saya mau merepotkan Dokter sekali lagi, saya minta tolong, titip Ibu sebentar, karena saya harus kembali bekerja untuk membayar biaya rumah sakit."
Dokter mengangguk, dengan senang hati laki-laki itu akan membantu Cecil yang membutuhkan bantuannya. "Silakan, Nak Cecil. Kamu anak baik dan berbakti. Tuhan akan selalu mempermudah langkahmu. Semoga kamu bisa secepatnya mendapatkan biaya untuk operasi ibumu."
"Aamiin. Saya permisi dulu." Setelahnya, Cecil pergi meninggalkan ibunya di ruangan bersama dokter yang merawat.
***
Cecilia Hutama. Gadis manis itu tengah melamun di ruang kerjanya. Pikirannya berkecamuk, memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu yang singkat. Ia tidak mungkin membiarkan nyawa ibunya dalam bahaya. Bagaimanapun juga, gadis itu harus berhasil mengumpulkan biaya operasi untuk Nira–perempuan cantik yang sudah melahirkan dan membesarkan dirinya selama ini. Hanya Nira satu-satunya keluarga yang Cecil punya, karena ayah Cecil sudah meninggal beberapa tahun lalu.
"Apa aku pinjam Bos saja ya, buat operasi Ibu?" gumam Cecil pada diri sendiri. Tidak ada pilihan lain, hanya bosnya yang bisa menjadi penolong saat ini.
Untuk sesaat, Cecil merasa diterpa angin segar. Namun detik berikutnya, ia menggeleng tegas setelah mengingat bagaimana bos galak itu memakinya kemarin.
"Nggak, nggak! Bos galak itu nggak mungkin mau ngasih bantuan. Aku musti gimana ya Tuhan?!"
Cecil pun mulai frustasi. Ditelungkupkan wajahnya di atas meja kerja sambil membayangkan wajah bosnya yang galak itu.
"Arghhh! Kenapa punya bos galak banget sih?! Aku mau pinjam uang ke man--"
"Siapa yang galak?!" Suara bariton memenuhi ruangan, Cecil pun terkesiap. Ia terlihat gelagapan.
Cecil mendongak, Jantungnya hampir copot saat melihat laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya.
"P--pak Dev?" ucap Cecil terbata. Ia pun langsung menunduk, tidak berani menatap bos galaknya itu. Takut-takut, jika Devan marah lagi dengannya. Sementara sorot mata laki-laki itu menatap dingin ke arah Cecil, seperti ada dendam kesumat yang belum terbalas.
"Siapa yang kamu bilang galak?!" tanyanya sekali lagi. Ekspresi datarnya membuat suasana semakin mencekam.
"Bapak!" Tanpa sadar, Cecil keceplosan.
Laki-laki bernama Devan itu melotot tajam, membuat Cecil menutup mulutnya. Ia sadar sudah melakukan kesalahan yang fatal.
"Ma--maksud saya, tadi ada bapak-bapak di jalan, orangnya galak. Kakinya terinjak saja langsung marah." Bodoh! Baru kali ini Cecil merutuki otak briliannya itu. Bisa-bisanya ia memberi alasan yang tak masuk akal. Mana mungkin Devan percaya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)
Romance"Jika hartaku tidak bisa membuatmu luluh, maka kupastian benihku akan tertanam di rahimmu," ucap Devan semakin menekan tubuh Cecil dalam tindihannya. . "Jangan. Aku mohon!" Devan semakin gila. "kembali padaku, atau aku akan menghamilimu!" "Aku tida...