Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, gadis itu akhirnya diizinkan pulang. Tak terima sehari, Devan bahkan meminta Cecil dirawat selama dua hari, meki gadis itu menolak.
Tapi bukan Devan namanya, kalau tidak bisa membuat orang lain tunduk. Devan ingin luka Cecilia benar-benar sembuh, meski dia harus bolak-balik ke kamar Dela dan Cecil demi berjalanya skenario ini.
"Mas, aku pulang sama Zaki saja. Kamu sama Mbak Dela saja. Gak usah peduliin aku." ketus Cecil turut serta dalam skenario itu. Meski Devan menganggapnya sungguhan, karena dia tidak tahu, kalau Cecil sudah mengetahui rencananya.
"Gak! Aku saja yang antar. Aku suamimu, aku yang lebih berhak."
Cecil melebarkan senyumnya. Senyum yang terlihat sangat mengejek. "Suami di atas materai? Laki-laki pecundang! Sangat gak guna." Cecil melontarkan kata-kata pedas yang membuat Devan terdiam. Sebenarnya, dia juga tidak tega pura-pura gak punya hati begini. Tapi inilah permainan. 'Maafkan aku, Mas.'
"Kamu boleh megejekku sesukamu, Cil. Aku gak peduli. Kamu berhak sakit hati karena aku memang bajingan." Dihadapan Cecilia, Devan terus merendah untuk menggapai hati istrinya. Untuk sekarang, biarlah dia merasakan rasa sakit yang Cecilia rasakan.
"Bahkan, hinaan saja tidak cukup, untukmu. Bukankah kamu memang pantas disebut pecundang, Mas? Laki-laki gak tahu diri! Aku pernah bilang, kan? Jaga sikapmu selama masih jadi suamiku. Nyatanya apa? Bullshit!" Ya, air mata Cecil seketika tumpah. Demi melancarkan aksinya, gadis itu bahkan rela kembali membuang air mata, agar terlihat lebih meyakinkan.
Tak kuat mendengar ucapan-ucapan kebencian dari mulut Cecil, Devan memilih pergi dari ruangan gadis itu. Sungguh, hatinya sangat terluka sekarang. 'Lebih baik kamu memarahiku sepanjang hari, Cil. Daripada kamu membenciku seperti ini. Sakit sekali.' batin Devan sambil sesekali memegang gemuruh di dadanya.
Melihat Devan keluar, Cecil berusaha menegarkan hatinya. Sungguh tak tega menyakiti Devan seperti itu, tapi Devan sendiri sudah tega membohonginya. Andai sandiwara itu dilakukan sepengetahuannya, mungkin tidak akan ada yang terluka. Pasti keduanya saling mengerti jika ini hanya sebuah kebohongan. Tapi, ini semua pilihan Devan. Jadi, Cecil pun harus menghargai keputusannya.
Cecil kemudian menelepon Zaki. Meminta jemput untuk diantarkan pulang.
Saat sambungan terhubung.
"Assalamualaikum, Cil. Kenapa? Kamu butuh sesuatu? Aku masih di luar."
Cecil merasa tak enak, karena kembali merepotkan lelaki itu. "Zak, aku sudah boleh pulang hari ini. Boleh minta tolong buat urus surat izinnya? Sekalian antar aku pulang."
Di seberang sana Zaki mengernyit. Bukannya di sana sudah ada Devan? "Memangnya Devan ke mana? Bukankah ada di ruanganmu?"
Cecil mendengus kesal. Pura-pura merajuk. "Ish, kamu kan tahu kalau aku sama Mas Devan hubungannya gak baik. Aku gak mau pulang sama dia. Tapi kalau kamu gak mau antar, aku bisa urus sendiri."
"Eh, tunggu saja di sana. Aku segera kembali." Cecil tersenyum. Terlihat sekali kepanikan di wajah Zaki. Mungkin lelaki itu takut aktingnya gagal.
"Baiklah Abang Zaki. Aku tunggu kedatangannya. Kalau gitu, aku siap-siap dulu. Biar nanti kamu tinggal urus izin pulangnya saja."
"Iya bawel." Terdengar helaan napas yaang dipaksakan membuat Cecil hampir terkikik.
'rasain, salah sendiri bohongin aku.' batin Cecilia.
Sembari menunggu kedatangan Zaki, Cecil memasukkan beberapa baju gantinya ke dalam paper bag besar. Setelah itu, gadis itu mulai merias wajahnya dengan sedikit polesan bedak dan lip tint agar tidak terlihat pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran Untuk Bos Galak (Selesai)
Romance"Jika hartaku tidak bisa membuatmu luluh, maka kupastian benihku akan tertanam di rahimmu," ucap Devan semakin menekan tubuh Cecil dalam tindihannya. . "Jangan. Aku mohon!" Devan semakin gila. "kembali padaku, atau aku akan menghamilimu!" "Aku tida...