Damien berdecak kesal ketika mendengar jawaban Starley. Sialan, harusnya dia tidak perlu membuat kesepakatan konyol itu. Damien memperhatikan wajah Starley yang terlihat begitu tenang, dan belum melepaskan kontak matanya dengan Damien.
Sampai sekarang Damien tidak mengerti. Hubungan dia dan Starley tiga tahun lalu sudah sangat sempurna. Mereka berdua sama-sama saling menguntungkan. Damien sangat tahu kalau Starley pun juga menikmati setiap malam yang mereka habiskan bersama. Tapi kenapa tiga tahun yang lalu, tiba-tiba Starley meminta mengakhiri hubungan mereka?
Damien sangat ingat, tatapan yang Starley berikan tiga tahun lalu ketika mengatakan ingin mengakhiri hubungan mereka. Tatapan yang sangat dingin dan sudah tidak peduli.
Damien kira Starley hanya sedang P.M.S maka Damien menolak. Karena dia tahu, Starley tidak sungguh-sungguh menginginkan hal itu. Tapi setelah seminggu berlalu, Starley terang-terangan berkata menemui lelaki lain di belakang Damien.
Awalnya Damien tidak percaya, lalu Starley menunjukkan foto lelaki itu dengan Setarley. Membuat Damien sangat marah, dan dengan gegabah menyetujui permintaan Starley untuk pisah tanpa memeriksa kebenarannya.
Setelah perpisahan mereka, Damien marah kepada Starley berbulan-bulan. Dia pun semakin workaholic, juga Damien semakin keras dengan karyawannya, Damien akan selalu memarahkan karyawan yang berbuat kesalahan kecil, bahkan kalau karyawan itu tidak beruntung, dia bisa dipecat.
Damien juga tidak mengerti kenapa dia marah, padahal dari awal mereka memang sepakat hanya menjadi friends with benefits. Mungkin karena dia terlalu percaya Starley tidak mungkin menduakan dirinya, dan saat itu Starley benar-benar menghilangkan kepercayaan Damien kepada wanita itu. Karena Damien tidak pernah melirik wanita lain ketika bersama Starley. Dan Starley melakukan itu membuat Damien merasa terkhianati.
Setelah itu, Damien tidak ingin mendengar kabar Starley, dia hanya ingin melupakan wanita itu. Dan tanpa sadar dua tahun berlalu begitu saja. Ia kembali bertemu Starley di pesta yang Damien terpaksa hadiri. Dan karena Damien penasaran dengan kabar Starley, ia pun langsung menyuruh orang untuk menyelidiki Starley.
Kesibukan Starley hanyalah kuliah dan berpesta hampir tiap malam. Tapi dari hasil penyelidikan, Starley tidak terlihat dekat dengan lelaki spesifik. Membuat Damien bertanya-tanya ke mana lelaki dua tahun lalu? Juga membuat Damien bertanya-tanya sekarang, kenapa Starley melakukan semua itu? Mereka berdua sangat cocok di kasur, juga sama-sama puas, hubungan mereka saling menguntungkan kedua pihak.
"Tidak, aku bahkan hampir lupa dengan kesepakatan itu," jawab Damien akhirnya.
Starley menyipitkan matanya, terlihat tidak percaya dan skeptis. "Kalau begitu kita tidak perlu membahas masa lalu," seru Starley.
Damien memperhatikan Starley. Sepertinya akan sulit untuk membuka percakapan itu sekarang. Mungkin masih membutuhkan waktu.
"Baiklah," jawab Damien. Tapi Damien tidak menyerah begitu saja, ia akan mencari trick lain.
Ada keheningan selama beberapa detik sebelum Starley memecahkan keheningan.
"Jadi kenapa kita ke Dubai?" tanya Starley.
"Aku sudah membuka isi flashdisk yang diberi Dante tadi, dan isinya ada mengenai pembakaran gedung keluargamu." Jawaban Damien benar-benar tidak terduga, Starley kira ada petunjuk mengenai Yusef.
"Isinya bukan mengenai Yusef?" tanya Starley.
"Ada tentang Yusef, tapi tidak banyak," jawab Damien terlihat biasa saja. Tidak terlihat kecewa.
Jadi Damien rela terbang ke Dubai ditengah kesibukannya demi kasus keluarga Starley? Starley merasa kehangatan yang tidak bisa dideskripsikan memenuhi dirinya. Tapi dengan cepat Starley mencoba mengingatkan dirinya sendiri, kalau Damien melakukan itu karena sudah menandatangani kontrak, bukan karena Damien peduli dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)
Romance#2 Mavros Series | COMPLETED! LENGKAP DI WATTPAD! Ini bukanlah kisah fairy tale yang manis. Ini kisah tentang dua orang yang pernah memiliki masa lalu bersama. Dan sekarang terpaksa bekerjasama demi kepentingan masing-masing. Starley Bell, hacker...